Advokat dan aktivis perempuan Pande Putu Maya Arsanti/Dok. Kabarnusa |
Denpasar – Maraknya permainan game online yang banyak melibatkan
anak-anak dan pelajar dinilai semakin mengkhawatirkan dari sisi dampaknya.
Aktivis perempuan Pande Putu Maya Arsanti tegas menyatakan ketidaksetujuan
dengan adanya game online.
“Karena efek negatifnya, jauh lebih besar,” tutur Maya yang juga seorang
advokat dalam keterangannya, Senin (7/6/2021). Dari informasi, banyak efek
negatif terhadap kesehatan manusia terutama munculnya kerusakan permanen pada
mata dan syaraf.
“Apalagi kalau game ini ada unsur kekerasan dan horor yang bikin jantungan,”
serunya. Dicontohkan, ada siswa ketika ditanya siapa nama Mentri Pendidikan,
mereka tidak mengetahuinya.
Bahkan, banyak yang tidak hafal sila sila dasar negara Pancasila, tidak paham
logo Tut Wuri Handayani dan seterusnya. Lanjut Maya, anak-anak yang kecanduan
game online itu, saat ditanya sampai tidak tahu singkatan SD, SMP SMA,
termasuk lemah dari sisi hitung menghitung atau matematika.
Mirisnya, terhadap hal-hal penting dan mendasar mereka tidak mengetahui.
Sebaliknya, mereka hafal semua logo game online maupun nama-nama YouTuber.
Untuk itu, kata Maya, generasi muda perlu ditekankan agar mencintai olahraga
dan kesenian, adat serta budaya pada daerah mereka masing masing. Sehingga
mereka punya bekal untuk masa depan, menjadi generasi yang cerdas, mandiri dan
mencintai local genius di daerah masing masing.
Kata Maya, ada baiknya semua sekolah dasar SMP dan SMA mengajarkan siswa,
bagaimana cara memelihara ikan, bertanam kangkung, menanam pisang, memelihara
ayam, mengerti dasar dassar kelistrikan dan ilmu pertukangan untuk siswa pria.
Juga dasar dasar memasak, mengolah makanan mentah menjadi matang, tehnik dasar
menjahit, dan cara make up dan membuat sanggul bagi siswa wanita.
Kalau dari sisi penguasaan IT, semua siswa harus menguasainya. Tinggal
bagaimana cara menjual product di OLX, contohnya dan cara supaya hasil olahan
makanan mereka bisa dipasarkan via grab food dan gojek.
“Menurut saya anak anak harus diajarkan dan dibekali kehidupan real selain
mereka menguasai IT, tanpa meninggalkan adat budaya dan tentunya selama
pandemi segala sesuatunya harus sesuai prokes,” tandasnya lagi.
Dengan segala hal tersebut, Maya berharap semoga generasi muda Indonesia
menjadi generasi yang mampu leading dan winning bersaing dengan generasi muda
dari negara lain. (rhm)