Dekranasda Bali Harapkan Petani Peternak Milenial Manfaatkan Sistem Bioflok

2 Mei 2021, 21:55 WIB

Ketua TP PKK dan Dekranasda Provinsi Bali Ni Putu Putri
Koster/Dok.Pemprov Bali

Bangli – Ketua TP PKK dan Dekranasda Provinsi Bali Ni Putu Putri Koster
mengharapkan kaum muda tertarik menggunakan teknologi sistem bioflok yang
ramah lingkungan.

Teknik budidaya ikan sistem bioflok yang baru-baru ini dikembangkan di
sejumlah wilayah di Bali, terbukti lebih efektif dan ramah terhadap
lingkungan.

Salah seorang peternak ikan asal Desa Toya Bungkah, Kintamani, Nengah Yon
Aryono tertarik membudidayakan ikan nila, mujair dan lele di desanya dengan
menggunakan sistem bioflok dan ternyata berhasil dengan baik.

Putri meninjau langsung budidaya ikan dengan menggunakan system bioflok di
Desa Toya Bungkah, Kintamani, Bangli, pada Minggu (2/5/2021). Apalagi setelah
mendengarkan penjelasan jika teknologi ini lebih ramah lingkungan.

“Saat ini budidaya ikan mujair di Batur adalah dengan mengkapling-kapling
danau. Secara tidak langsung itu sudah mencemari danau kita dengan pakan-pakan
ikan,” bebernya.

Dia menyatakan bahwa sistem bioflok ini sangat sesuai dengan visi misi
Provinsi Bali Nangun Sat Kerthi Loka Bali, terutama Danu Kerthi yaitu
pelestarian air danau.

“Jika semakin banyak masyarakat terutama anak muda kita yang berkreasi seperti
menerapkan sistem bioflok ini, maka tugas pemerintah baik kabupaten/kota untuk
memasarkannya, bisa dengan memfasilitasi agar masuk ke pasar tradisional,”
ujar Putri.

Apalagi saat ini para petani, peternak dan perajin sudah mendapat payung hukum
diluncurkan Gubernur Koster yang sangat berpihak pada masyarakat yaitu Pergub
Bali nomor 99 tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian,
Perikanan dan Industri Lokal Bali.

“Jangan pikir petani atau peternak seperti dulu, untuk para orang tua, lusuh
dan keuntungan yang sedikit. Dengan teknologi, petani juga adalah pekerjaan
yang sangat menguntungkan,” katanya.

Sebelumnya, Nengah Yon Aryono menjelaskan jika teknologi bioflok lebih
menguntungkan dibandingkan sistem peternakan konvensional karena tidak perlu
mengganti air sehingga tingkat survival ikan lebih tinggi.

Bioflok sendiri adalah teknik untuk meningkatkan kualitas air melalui
penambahan karbon ekstra ke tambak, melalui sumber karbon eksternal atau
peningkatan kandungan karbon dari pakan.

Diketahui, Bioflok memang lebih ramah terhadap lingkungan, karena minim
limbah, air tidak berbau sehingga tidak mengganggu lingkungan dan dapat
disinergikan dengan budidaya tanaman misalnya sayur-sayuran dan buah-buahan.

“Para pelanggan kami bahkan mengatakan ikan hasil budidaya bioflok lebih gurih
daripada ikan hasil budidaya konvensional,” ujar Aryono.

Ia mengatakan, untuk pakan ikan sendiri difermentasi olehnya dengan
menggunakan hasil pertanian sekitar serta beberapa bahan yang dipelajarinya
sendiri melalui internet.

Untuk pengelolaan sehari-hari, ia mengaku dibantu oleh warga sekitar. Ia
berharap teknologi yang dikembangkannya semakin berkembang sehingga bisa
menyediakan lapangan pekerjaan terhadap warga sekitar.

Pihaknya berharap lebih banyak masyarakat yang menggunakan teknologi ini,
selain lebih menjanjikan ini sebagai upaya penyelamatan lingkungan. “Saya juga
meminta pemerintah bisa membantu pemasaran akan produk kami,” tandasnya.

Guna membuktikan rasa ikan nila dengan sistem bioflok, Putri Koster juga
berkesempatan menggoreng ikan dan dijadikan lalapan. Ia mengakui keunggulan
rasa ikan nila hasil budidaya dengan sistem bioflok tersebut.

Dia mengajak para pedagang atau anak muda yang tertarik untuk menjual masakan
berbahan dasar nila dan lele agar mencoba ikan-ikan hasil sistem baru ini.
(rhm)

Berita Lainnya

Terkini