![]() |
Wali Kota Denpasar ID Rai Dharmawijaya Mantra saat meninjau Pasar Badung |
Denpasar – Pasar Badung sebagai pasar kebanggaan masyarakat Bali, khususnya Kota Denpasar menjadi saksi perkembangan peradaban yakni kejayaan era kerajaan di Bali.
Berada di jantung Kota Denpasar, Pasar Badung juga berada tepat di atas tepian sungai yang memiliki nama sama dengan pasar tersebut, yakni Tukad Badung.
Bahkan, dari berbagai sumber menyatakan, pasar ini telah ada sejak zaman kolonial Belanda, bahkan bentuk fisik bangunan pasar tak semegah sekarang.
Hampir semua masyarakat yang mengenal Denpasar pasti ingat dengan Pasar Badung. Bagimana tidak, pasar yang berlokasi di pusat kota ini merupakan penyangga perekonomian warga Denpasar.
Kawasan jalan Gajah Mada, dikenal dengan bangunan kuno yang menjadi pusat pertokoan dan kini menjadi kawasan heritage city Denpasar.
Wali Kota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra didampingi Kabag Humas dan Protokol Dewa Gede Rai mengatakan, Pasar Badung merupakan pusat perekonomian kota dan merupakan pasar yg terbesar di Kota Denpasar
Lokasinya di Jalan Gajah mada, yaitu jalan utama yang menjadi pusat pertokoan ibu kota propinsi Bali sebelum berkembang seperti sekarang ini. Pasar Badung yang dibangun tahun 1977 menjadi penyangga nadi ekonomi pedagang kecil dan penyedia kebutuhan pokok yg murah meriah.
Soal nama Pasar Badung, karena pasar ini berada di atas sungai dengan nama yang sama. Sungai yang melintang panjang dari Gunung Batur sampai ke muara pantai Suwung. Pasar Badung telah ada sejak jaman Belanda.
Dulu namanya pasar payuk karena ditempat itu perajin periuk dari desa Binoh Ubung menjual aneka macam gerabah mulai dari pane, gebeh, periuk sampai celengan dan caratan. Kemudian ketika jaman merdeka, Pasar Payuk berubah menjadi pasar Badung.
“Memang dulu dikenal sebagai Pasar Payuk karena banyak pengerajin yang menjajakan hasil kerajinannya, dan keberadaan pasar ini tak lepas dari konsep pengembangan kerajaan zaman dahulu yang mengacu pada keberadaan pura, puri dan pasar,” jelasnya.
Kala itu, raja yang bertahta memanfaatkan pasar sebagai sarana berkumpul. Selain itu, bertemunya raja untuk menyampaikan informasi kepada rakyat dilaksanakan di pasar. Sehingga keberadaannya juga tak bisa dilepaskan dari kerajaan-kerajaan di Bali, utamanya Puri Agung Denpasar.
Pasar Badung menyimpan sejarah panjang. Konon Ttukad Badung menjadi lintasan pasukan ekspedisi Belanda yg bergerak menuju Pamecutan dari Denpasar pada peristiwa Puputan Badung 20 September 1906.
Perubahan bentuk Pasar Badung dari bentuk semula menjadi bentuk bertingkat seperti sekarang, diresmikan tanggal 24 April 1984.
Aktivitas ekonomi yang tinggi sejalan citra Denpasar sebagai kota budaya yg ramai dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri, secara tidak langsung turut berpengaruh thd peningkatan jumlah penduduk, kebutuhan pokok dan barang.
“Hingga perkembangan peradaban perjalanan panjang lah yang membawa Pasar Badung sampai hari ini,” jelasnya. Musibah kebakaran pada 29 Februari Tahun 2016, meluluhlantakan seluruh bangunan Pasar Badung. Barang-barang pedagang nyaris pun tak tersisa hangus dilalap si jago merah.
Pembangunan kembali Pasar Badung dimulai 29 Juli 2017 ditandai dengan Peletakan Batu Pertama Pembangunan Pasar Badung oleh Walikota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra Pembangunan Tahap I yang menggunakan dana Tugas Pembantuan (TP) dari Kementrian Perdagangan telah tuntas pada 21 Desember 2017.
Dilanjutkan dengan pembangunan Tahap II yang menggunakan dana APBD Kota Denpasar yang telah tuntas pengerjaanya pada 28 Desember 2018 lalu.
Kini seluruh pengerjaan telah rampung dan Pasar Badung menjadi Pasar Rakyat dengan kualitas yang mumpuni dan telah diresmikan Presiden RI ke-7, Ir. H. Joko Widodo pada 24 Maret 2019 lalu. Pasar Badung kini rampung dengan kapasitas 6 lantai, terdiri dari 2 basement dan 4 lantai untuk los dan kios.
Sementara untuk lantai dasar gedung, pedagang disediakan sebanyak 48 unit los. Sementara lantai 1 sebanyak 483 unit los, lantai 2 sebanyak 254 unit los, dan 145 unit kios. Untuk lantai paling atas yakni lantai 3 disediakan 254 unit los dan 145 unit kios.
Keseluruhan los berjumlah 1.450 unit ditambah jumlah kios sebanyak 290 unit dengan total keseluruhan los dan kios total berjumlah 1.740 unit.
“Pasar Badung kini telah menjadi salah satu Pasar Rakyat dengan kualitas yang mumpuni dan bertaraf nasional, sehingga diharapkan masyarakat nyaman berbelanja di Pasar Badung ini,” jelasnya.
Beragam fasilitas turut melengkapi Pasar Badung kini, mulai dari fasilitas umum yang ramah disabilitas, ramah anak, ruang bermain anak, Timbangan Pos Ukur Ulang Reward Kota Denpasar sebagai Kota Tertib Ukur Tahun 2017 Dirjen Metreologi Kementrian Perdagangan RI.
Sekolah bagi anak pedagang pasar, serta yang paling fenomenal adalah Taman Kumbasari Tukad Badung sebagai inovasi yang dirangkaikan dengan Smart Heritage Market Denpasar.
Presiden Jokowi saat peresmian mengaku senang dapat hadir dan meresmikan Pasar Badung. Dimana, pasar ini merupakan pasar heritage atau warisan budaya di Kota Denpasar dengan arsitektur yang sangat baik.
“Kalau dilihat dari depan, saya sudah berkeliling Indonesia, ini adalah pasar dengan arsitektur yang paling bagus yang pernah saya lihat,” puji mantan Wali Kota Solo itu. Kala itu, Jokowi berpesan agar, Pasar Badung dijaga tetap bersih, jangan sampai kotor dan becek sebagaimana persepsi melekat di pasar tradisonal.
“Semua itu harus kita rubah dan itu pasti bisa, sehingga pasar rakyat dapat bersaing dengan pasar modern dan bersaing dengan super market, pasti bisa,” ujar Wali Kota Rai Mantra mengutip pesan Jokowi.
Rencananya, Hari ini Sabtu (18/5/2019), Presiden Joko Widodo kembali akan mengunjungi Pasar Badung untuk kedua kalinya.
Kedatangan Joko Widodo kali ini dikemas dengan lebih santai dan direncanakan Presiden juga akan menyempatkan mengunjungi dan menikmati keindahan Tukad Badung atau Taman Kumbasari yang saat ini menjadi tempat rekreasi favorit bagi warga kosmopolit. (rhm)