Kabarnusa.com
– Paket Putu Artha dan Made Kembang Hartawan (ABANG), kembali
mengadakan simakrama di Desa Pergung, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Bali,
Selasa (10/11/2015) malam.
Paket ABANG yang diusung PDI-P dan
mendapat dukungan partai Demokrat ini mendapat sambutan meriah, ratusan warga yang hadir dan diiringi dengan atraksi kendang mebarung.
Namun
saat acara simakrama memasuki sesi tanya jawab, kepemimpinan ABANG lima
tahun sebelumnya mendapat kritik dari salah seorang warga Pergung.
“Kami
merasakan kepemimpinan ABANG lima tahun sebelumnya terlalu adem ayem
atau terlalu lembut,” ujar Pan Power, saat diberikan kesempatan untuk
menyampaikan pertanyaan.
Menurutnya, dalam memimpin Jembrana diperlukan ketegasan sehingga tujuan dan hasil yang dicapai lebih maksimal.
Dia
mengharapkan dalam menjalankan roda pemerintahan, paket ABANG jika
terpilih lagi lebih banyak turun ke desa secara mendadak untuk
mengetahui kondisi yang sebenarnya.
“Jangan kalau turun ke desa
misalnya ke kantor-kantor desa, memberi kabar terlebih dahulu, sehingga
telah disiapkan segalanya. Kalau begini jelas yang baik-baik saja
dilihat,” terang Power.
Menurutnya jika turun ke desa lakukan
secara sembunyi-sembunyi dan jika itu bisa dilakukan, dirinya yakin
masih banyak kekurangan yang dijumpai di desa.
“Protokorer itu memang perlu, tapi kami minta lebih banyak turun secara sembunyi-sembunyi demi kemajuan Jembrana,” imbuhnya.
Namun
demikian, Power menyatakan sikapnya akan mendukung dan memilih paket
ABANG pada 9 Desember mendatang karena program-programnya sangat
dirasakan oleh masyarakat Jembrana.
Mendapat kritikan tersebut
Calon Wakil Bupati Jembrana Made Kembang mengatakan, akan lebih banyak
melakukan sidak secara mendadak ke desa-desa, termasuk ke proyek-proyek
yang bersumber dari APBD untuk mengetahui kekurangan-kekurangan di desa.
“Jika perlu besok kami akan sidak-sidak ke kantor-kantor desa,” tegasnnya.
Terkait
pemerintahan ABANG lima tahun sebelumnya terkesan adem ayem, calon Putu
Artha mengatakan, pihaknya dalam menjalankan pemerintahan, sangat
hati-hati, mengingat banyaknya aturan yang tidak boleh dilanggar.
“Kami
intinya tidak mau bernasib jelek, setelah memimpin langsung masuk bui.
Kami juga harus memikirkan keluarga, kami tidak mau meninggalkan
keluarga karena harus dibui. Jadi kami harus hati-hati,” tegas Artha.(dar)