![]() |
Banyak perempuan muda bekerja di Kafe di Delod Berawah Jembrana (foto:Kabarnusa) |
Kabarnusa.com – Di Kabupaten Jembrana, Bali yang terkenal hingga manca Negara karena tradisi Makepungnya tak luput dari persoalan pelik masalah sosial yakni prostitusi. Memang di kabupaten ujung barat pulau Bali ini, tidak dijumpai lokalisasi namun bukan berarti Jembrana terbebas dari bisnis haram tersebut.
Berikut penelusuran Wartawan Kabarnusa.com dalam melacak bisnis sampingan (side job) yang cukup menggiurkan, yang dilakukan para perempuan pekerja kafe atau waitress di Jembrana.
Bisnis Prostitusi terselubung marak terjadi di kabupaten ini. Ironisnya, pemerintah dan instansi terkait, terkesan tutup mata dan membiarkan bisnis penyumbang penularan HIV tertinggi ini berkembang pesat.
Meskipun bisnis prostitusi terselubung ini dilakukan secara terang benderang, sampai saat ini tak pernah mampu dituntaskan jalan keluaranya.
Salah satunya di kawasan Desa Delod Berawah, Kecamatan Mendoyo, Jembrana. Di daerah ini berdiri puluhan kafe atau warung remang-remang, tanpa memiliki izin di atas tanah Pelaba Pura.
Kafe-kafe tersebut mempekerjakan wanita berpakaian super menor dan seksi sebagai pemandu pengunjung.
Para perempuan tersebut kebanyakan berasal dari sejumlah kota di Pulau Jawa dan beberapa daerah luar Bali lainnya. Mereka bekerja, menerima upah dari hitungan botolan minuman keras yang dipesan oleh tamu.
Dari sejumlah perempuan kafe yang berhasil dimintai keterangannya, mereka menerima upah Rp 11.000 per botolnya, tanpa ada insentif atau tunjangan lainnya dari pengelola kafe.
Meskipun penghasilan botolan sangat minim, namun hebatnya, kebanyakan mereka mampu bergaya hidup mewah, karena penghasilannya sebulan melebihi Rp 5 juta.
Usut punya usut, ternyata sebagian besar mereka punya bisnis sambilan, sebagai wanita penghibur yang siap memberikan kenikmatan kepada pria pengunjung kafe yang memerlukan jasanya.
Tak ayal, profesi sebagai pelayan kafe, ternyata hanya kedok semata.
Jika hanya menggandalkan botolan, jelas kami dan keluarga di jawa tidak bisa nyambung hidup. Makanya kami nyambi sebagai wanita bokingan.
“Tapi itu kami lakukan setelah kafe tutuf,” aku LA (24), salah seorang waitres kafe asal Rogojampi, Jawa Timur, Rabu (2/3/2016).
Menurutnya, sebagian besar perempuan di kafe di Desa Delod Berawah, nyambi sebagai wanita penghibur dengan tariff mulai dari Rp 250 ribu sampai Rp 300 ribu.
Namun mereka mengaku tidak mau melakukan di lingkungan kafe melainkan keluar mencari hotel-hotel terdekat yang kadang murah meriah.
Banyaknya perempuan kafe menyambi sebagai wanita penghibur ternyata dibenarkan oleh sejumlah pengelola hotel dan penginapan yang ada di desa tersebut.
Menurut mereka sekitar 70 persen hunian hotel di dominasi oleh cewek kafe yang mengajak pasangan kencannya untuk satu atau dua jam.
Terkait hal tersebut, Kasat Pol PP Pemkab Jembrana IGN Rai Budi dikonfirmasi melalui telpon, mengakui tidak menutup kemungkinan terjadi praktek prostitusi terselubung di wilayah tersebut.
Untuk menekannya, pihaknya lebih mengencarkan giat penyuluhan serta operasi-operasi kependudukan di wilayah tersebut.
“Kami juga mengharapkan peran serta masyarakat dan istansi terkait lainnya untuk menekan praktik prostitusi tersebut,” harapnya. (Dewa Putu Darmada).