Festival Air Bali Kolaborasi Untuk Peta Jalan Air Bali

Diperlukan percepatan pembangunan infrastruktur penyedia air bersih dan teknologi tepat guna untuk wilayah khusus. Kolaborasi antara masyarakat, stakeholder, dan desa adat harus diperkuat, bersama dengan revisi kebijakan untuk memastikan sinergi dan efektivitas. Edukasi lingkungan melalui digitalisasi dan kegiatan anak-anak penting untuk jangka panjang

31 Juli 2024, 16:24 WIB

Denpasar – Diskusi dalam Festival Air membahas berbagai masalah atau isu isu terkait pengelolaan air juga tentang bagaimana mengelola atau menjaga agar bijak menggunakan air.

Dari enam perspektif utama: lingkungan, sosial, ekonomi, kelembagaan dan kebijakan, teknologi dan riset, serta hukum dan hak asasi manusia.

Diskusi memulai dengan identifikasi masalah berdasarkan perspektif masing masing perspetif, yang akan diikuti dengan pemetaan awal dan lanjutan untuk memperdalam pemahaman.

Dari perspektif lingkungan, masalah utama yang diangkat mencakup ketersediaan dan kualitas air. Tantangan seperti penurunan debit sumber air, kekeringan berkepanjangan, pencemaran air oleh limbah domestik, industri, dan pertanian menjadi fokus utama.

Sementara dari perspektif sosial, isu akses dan distribusi air bersih serta dampak sosial dari proyek infrastruktur air akan didiskusikan, dengan penekanan pada ketimpangan akses antara wilayah perkotaan dan pedesaan, serta konflik sosial terkait sumber daya air.

Perspektif ekonomi akan mengeksplorasi ketergantungan berbagai sektor ekonomi pada sumber daya air dan dampak ekonomi dari krisis air, dengan perwakilan dari Subak Pakerisan. Kelembagaan dan kebijakan akan membahas regulasi, tata kelola, dan koordinasi antar lembaga pemerintah dalam pengelolaan air, dipimpin perwakilan dari BAPPENAS.

Perspektif teknologi dan riset menyoroti infrastruktur, adopsi teknologi baru, serta inovasi dalam pengelolaan air.

Perspektif hukum dan hak asasi manusia mengeksplorasi hak atas air, perlindungan hak-hak masyarakat adat, dan keadilan sosial dalam distribusi air. Diskusi ini memberikan wawasan mendalam dan solusi untuk meningkatkan pengelolaan air

Kolaborasi untuk Peta Jalan Air Bali, Infrastruktur dan Pengelolaan Air, Percepatan pengadaan infrastruktur penyedia air bersih. Pembuatan teknologi SWRO (Sea Water Reverse Osmosis) di daerah khusus seperti Nusa Penida dan Nusa Ceningan.

Pengembangan teknologi berbasis AI untuk mendeteksi kedalaman dan kapasitas air tanah lebih dari 50 meter. Pembuatan infrastruktur di bagian muara. Kolaborasi dan Kebijakan.

Kolaborasi antara masyarakat, stakeholder, dan desa adat.

Penguatan implementasi kebijakan terkait sinergi dan kolaborasi antar elemen. Pembuatan UU Superior (Supreme Law). Revisi Perda Desa Adat Pasal 25. Konservasi dan Edukasi.

Penanaman bambu dan perluasan kawasan hutan di Bali. Edukasi jangka panjang melalui digitalisasi dan pembuatan film. Memasukkan isu-isu lingkungan dalam kelompok anak-anak (klub literasi, mandi di sungai).

Dekonstruksi narasi budaya terkait air, seperti memberikan bibit pohon sebagai persembahan. Pengelolaan Sumber Daya dan Insentif: Pengelolaan sampah dan program pembuatan kelembagaan subak.

Pemberian insentif terhadap penghasil jasa lingkungan. Implementasi skema pembayaran jasa lingkungan dengan insentif untuk sumur resapan dan penampungan air hujan.

Akses Air untuk Difabel dan Daerah Terpencil.

Penyediaan akses air dipermudah untuk kawan-kawan difabel di wilayah terpencil yang mengalami krisis air atau kesulitan mendapatkan akses air bersih.

Perencanaan dan Data.

Memetakan data dengan pendekatan GIS dan DAS. Pembuatan teknologi tepat guna yang murah dan efisien dalam memproduksi air bersih.

Pengelolaan sumber daya air dengan sistem “One line-one management” melalui PerumDa air minum kabupaten/kota yang bergabung membentuk PerseroDa (Perseroan Daerah). Program Jangka Panjang, Program pembangunan berketahanan iklim dengan fokus pada krisis air.

Program lima tahun: Program Kerja Swasembada Air dan Program Transformasi yang berfokus pada food, water, and energy. Anggaran dan Pembiayaan.

Ditetapkan persentase alokasi anggaran untuk konservasi sumber daya air dalam APBD berdasarkan PAD dari pajak air tanah dan air permukaan. Pendapatan dari PAD air tanah dialokasikan untuk biaya pendanaan riset pengelolaan sumber daya air berkelanjutan.

Keadilan Sosial dan Distribusi Air, Penanganan ketimpangan akses air, seperti masalah di Desa Les, Buleleng, dan Klungkung. Penyediaan akses air yang adil untuk masyarakat yang membutuhkan, termasuk insentif untuk konservasi di hulu.

Diperlukan percepatan pembangunan infrastruktur penyedia air bersih dan teknologi tepat guna untuk wilayah khusus. Kolaborasi antara masyarakat, stakeholder, dan desa adat harus diperkuat, bersama dengan revisi kebijakan untuk memastikan sinergi dan efektivitas.

Edukasi lingkungan melalui digitalisasi dan kegiatan anak-anak penting untuk jangka panjang, serta pemberian insentif untuk konservasi sumber daya air. Penyediaan akses air bersih harus dipermudah untuk difabel dan masyarakat di wilayah terpencil. Penetapan alokasi anggaran yang jelas dan pengembangan teknologi AI diperlukan untuk pengelolaan air yang berkelanjutan***

Artikel Lainnya

Terkini