Festival Tepi Sawah Kolaborasi Seniman Berlatar Keindahan Alam Pejeng Gianyar

29 Mei 2017, 20:44 WIB
P 20170529 145626
Konferensi pers Festival Tepi Sawah 

DENPASAR – Para seniman di Bali dan luar daerah dari berbagai cabang seni siap berkolaborasi dan berkarya dalam kebersamaan dalam sebuah ajang seni budaya bertajuk Festival Tepi Sawah 2017.

Festival Tepi Sawah diproyeksikan sebagai sebuah acara kesenian tahunan berorientasi ramah lingkungan digelar di pinggiran desa di Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar yang memiliki panorama alam menawan.

“Kami merancang Uma Stage yang melatar-depani panorama simbolik tempat aspirasi ini terlahir: di Tepi Sawah. Festival Tepi Sawah ini lahir dari perpaduan ​passion dan gagasan dari tiga pelaku seni yaitu ​Nita Aartsen, Anom Darsana, Etha Widiyanto.

Mereka memberikan kombinasi latar belakang pengalaman di bidang ​Music Education & ​Performance​, ​Sound Engineering​, ​Event Management​, ​Architecture & Designs​.

Adalah intensi mereka untuk mengintergrasikan elemen kreatif dari festival ini dengan edukasi dan implementasi tentang ​environmental sustainability​, baik di kalangan anak-anak maupun di kalangan dewasa.

Dalam gerakan kesadaran lingkungan ini, Festival ini berkolaborasi dengan Clean Bali Series sebuah program buku dan pendidikan tentang kesadaran lingkungan untuk anak-anak, yang sudah dimulai sejak tahun 2006 dan aktif menggalang program bulanan “Bali Bersih” di lokasi festival,

Omah Apik, bersama dengan sejumlah organisasi dan aktifis lingkungan, pendidikan, seni dan budaya, untuk memberikan ruang belajar kepada anak-anak setempat tentang kesadaran lingkungan.

“Festival ini menghadirkan karya musik dan seni yang menakjubkan dan berkesan. Untuk itu, kami mewujudkan festial ini dengan mengajak berbagai komunitas seni serta membangun beberapa relasi dan jaringan yang mendukung festival ini,” ujar Anom Darsana salah satu penggagas dalam rilisnya, Senin (29/5/17).

Salah satu komunitas yang aktif mendukung festival ini adalah Komunitas Lingkara atau yang lebih dikenal dengan sebutan Lingkara Photography Community sehingga melalui kebersamaan ini akan menjadikan Festival Tepi Sawah sebagai cerminan dan pembawa pesan kesadaran akan kelestarian lingkungan hidup.

Ajang ini dijiwai prinsip ​reduce, reuse, dan recycle (kurangi, gunakan kembali, dan daur ulang) baik dalam hal produksi, penjualan makanan dan minuman, penanganan sampah, pembuangan limbah dan lain-lain.

“Festival Tepi Sawah menggunakan area di tepi sawah sebagai pusat kegiatan. Kolaborasi antara seniman adalah suatu konsep yang sangat menarik dan akan mengejutkan bagi orang-orang yang akan menghadiri festival ini,” sambungnya.

Selain itu, Festival Tepi Sawah juga akan mengalirkan beberapa sekuen arsitektur yang menarik. Booth yang akan menyebar di setiap lanskap, dan istalasi seni akan menambah kecantikan festival ini. Festival Tepi sawah juga akan mengadakan workshop dari berbagai cabang kesenian, dan food stall serta art market.

Para seniman yang siap meramaikan Festival Tepi Sawah Tompi, Dewa Alit, Bona Alit, Ivan Nestormam, Nita Aartsen, Kecak Kobagi, Jasmine Okubo, Doddy Sambodo, Dodot & Barok, Gustu Brahmanta, Sisca Guhzeng, Brahma Diva Kencana, Marlowe Bandem, Made Agus Wardana, Fascinating Rhythm Communtity, dan masih banyak yang lainnya.

Festival Tepi Sawah ini juga didukung Desa Pejeng dan melibatkan seniman-seniman Desa Pejeng Gianyar – Bali. Tentu saja Festival Tepi Sawah ini akan membuat audience yang hadir tersihir melalui pukau yang ditampilkan oleh seniman-seniman yang turut ambil bagian dalam festival ini. (rhm)

Artikel Lainnya

Terkini