Kabarnusa.com – Amblasnya jembatan di jalan utama jalur Denpasar-Gilimanuk di Kabupaten Jembrana Bali diduga lantaran pilar-pilar jembatan tidak mampu menahan terjangan banjir bandang yang terjadi pada Sabtu 23 Januari 2016 malam.
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah VIII (Bali, NTB dan NTT) Agus Syaiful Anwar menegaskan, amblasnya jembatan yang dibangun 1972 itu, karena faktor alam atau pos mayor.
Selain sudah berusia cukup tua, jembatan yang diberi nama Keladian Km 92 + 900 itu, di perbatasan Desa Tukad Dangin Daya Kecamatan Mendoyo dan Kecamatan Negara itu, juga ditambah beban trafik lalu lintas cukup padat, di jalur utama Denpasar-Gilimanuk.
Dari pengamatan dilakukan, kata Syaiful, dugaan penyebab amblasnya bagian tengah jembatan tak lepas, kondisi dua pilar jembatan yang sudah tidak mampu lagi menahan terjangan banjir di Tukad Daya itu.
“Di pondasi jembatan itu ada tiga pilar, masing-masing sepanjang 30 meter, dua pilar itu tergerus banjir deras,” kata Syaiful saat meninjau lokasi Minggu (24/1/2016) petang.
Akibat derasanya gerusan banjir bandang itulah mengakibatkan terjadi pergeseran dua pilar sehingga semakin turun hingga amblas dan bagian atas jembatan ambrol.
“Jadi, karena faktor alam, pos mayor” tegasnya lagi.
Disinggung, kemungkinan faktor kelalaian saat pembuatan atau pelebaran jembatan, Syaiful menepisnya.
“Tidak ada kelalaian, Anda bisa lihat sendiri, trafik di sini cukup padat,” dalihnya.
Atas insiden itu, bersama pihak terkait telah melakukan pertemuan dan koordinasi guna mengambil langkah-langkah cepat penanganan jembatan.
Salah satunya, mempersiapkan jembatan darurat atau beli dari Purwokerto hingga pengalihan arus lalu lintas.
Dari pantauan Kabarnusa.com, sebuah alat berat sudah mulai disiagkan di lokasi.
Rencananya, akan dilakukan perbaikan jalan agar bisa permanen lagi sehingga bisa dilalui kendaraan.
“Trafik akan tetap bisa digunakan lewat di sini, di utara jembatan sementara, akan dilakukan perbaikan secara permanen, paling lama enam bulan,” demikian Syaiful. (dar)