Klarifikasi Syahrullah Akhiri Insiden Kecil Saat Nyepi di Denpasar

4 April 2017, 19:29 WIB
Pertemuan klarifikasi Syahrullah dalam insiden akibat kesalahpahaman saat Nyepi (foto:kabarnusa) 

DENPASAR – Ketua Wahdah Islamiyah Syahrullah Hamid menegaskan pernyataannya dalam merespons insiden kecil saat Nyepi antara Putu Abdullah dan pecalang dimaksudkan agar pihak MUI dan Dewan Masjid segera merespons masalah tersebut sehingga bisa diselesaikan secara baik.

Hal itu disampaikannya, sekaligus klarifikasi atas postingan dalam whatsapp (WA), dalam pertemuan yang difasilitasi Kapolsek Denpasar Barat Kompol Wisnu Wardana dan dihadiri Direktur Intelkam Polda Bali AKBP Dekananto Eko Purwono, di sebuah rumah makan di Denpasar, Selasa (4/4/17).

Syahrullah mengaku, tidak mengetahui jika kemudian, postingan itu menyebar dan menjadi viral di media sosial dan memuculkan kontroversi.

“Dengan ini, saya menyatakan dengan hati tulus, bahwa saya menulis itu, sebagai reaksi spontanitas atas informasi atas insiden yang melibatkan saudara saya Putu Abdullah, dalam insiden akibat kesalahpahaman dengan pecalang,” ujarnya didampingi kuasa hukum dari LBH Muhammadiyah Zulfikar Ramli dan Subro Mulissyi.

Dia bermaksud, postingan itu ditujukan kepada tokoh-tokoh muslim, yang ada di grup WA, diantaranya pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Bali. Jadi, hal itu dalam konteks mendorong kepada MUI dan DMI agar segera merespons kasusnya.

“Saya tidak mengirim ke grup wa manapun juga, tidak kepada media sosial lainnya, kecuali grup WA terbatas saja,” ucap anggota Komisi Dakwah MUI Bali itu. Dia juga menyesalkan, postingannya juga sudah dipotong-potong sehingga mengakibatkan pernyataan tersebut tidak utuh sepenuhnya.

Ia menambahkan, terbukti, setelah merespons dalam postingan di WA, segera direspons Ketua DMI Bali yang datang ke Pospol Monang Maning bertemu Putu Abdullah dan Pecalang sehingga terjadilah perdamaian. Justru adanya pesannya di WA itu, bisa membantu menyelesaikan masalahnya.

“Dengan terjadinya perdamaian di Pos Polisi antara Abdullah dan Pecalang di Banjar Samping Buni, saya anggap persoalan ini, sudah selesai,” imbuhnya.

Dalam kesempatan sama, Ketua MDI Bali, Bambang Santosa menyatakan, setelah membaca postingan atau pesan Syahrullah, pihaknya mendatangi lokasi dan akhirnya bertemu dengan petugas kepolisian, TNI, Putu Abdullah dan sejumlah Pecalang.

Setelah mengetahui duduk persoalan sebenarnya, Bambang menyesalkan peristiwa tersebut terjadi. Dia teringat dengan pernyataan Gubernur Bali Made Mangku Pastika bahwa Bali merupakan destinasi pariwisata dunia, ibaratnya jarum jatuh saja di Bali, dunia akan mengetahui.

“Pernyatan saya sudaha jelas, saya sangat menyayangkan kejadian itu, saya katakan insiden kecil karena bukan bentrokan massa atau huruhara, hanya masalah orang per orang akibat salah paham sehingga harus diselesaiakan saat itu,” tandasnya.

Apalagi, saat itu, Umat Hindu tengah khusyuk menjalankan ibadah hari suci Nyepi 28 Maret 2017 sehingga ia mengajak semua pihak agar menahan diri, saling menjaga kehormatan masing-masing.

“Saya katakan, jangan terprovokasi, syukurlah, saat itu juga bisa diselesaikan, kasusnya ditutup masing-masing menandatangani perdamaian,” imbuhnya. Atas kejadian yang tidak diinginkan bersama itu, Bambang mengharapkan agar kasus ini jangan sampai berkembang lebih jauh dan mudah-mudahan ini menjadi yang terakhir.

“Marilah kita menatap ke depan, bersama-sama mewujudkan Bali sebagai destinasi wisata, yang aman dan damai, kehidupan lebih baik lagi, kerukunan di Bali kita pertahankan agar bisa lebih harmoni sesuai yang kita cita-citakan bersama,” demikian Bambang. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini