![]() |
Kata Hafiz, minggu depan Lombong sudah harus punya ‘road map’ yang komprehensif tentang arah Kemendag |
Kabarnusa.com – Ketua komisi VI DPR RI Ir. H. Achmad Hafiz Tohir mengatakan akan memberikan tambahan waktu seminggu kepada Menteri Perdagangan Tom Lombong untuk menguasai berbagai persoalan di sektor perdagangan yang menjadi bidang tugasnya.
“Lombong masih baru dan kelihatan dia belum menguasai betul berbagai persoalan di bidangnya seperti soal bagaimana mengatasi kelangkaan sapi yang diikuti kenaikan harga ayam 50 %, soal dweling time di pelabuhan hinga kerugian petani tomat,” terang Hafiz dalam keterangan resminya kepada kabarnusa.com Kamis (20/8/2015)
Hafiz menegaskan hal itu, paska-rapat kerja antara komisi VI DPR bersama kementerian perdagangan. –
Kata Hafiz, minggu depan Lombong sudah harus punya ‘road map’ yang komprehensif tentang arah institusi Kemndag yang dibawah komandonya.
Dia menggaris bawahi ITPC (Indonesian trade & promotion center) Kemendag di setiap Kedubes RI di luar negeri harus aktif memasarkan produk Indonesia.
Jadi, mereka harus jadi agen RI di sana, kalo tidak maka jangan berharap banyak terhadap neraca perdagangan expor Indonsesia
Sudah tidak ada waktu lagi, rakyat, petani, pedagang kecil sudah menjerit.
Pemerintah harus sigap, memberikan solusi apalagi dalam saat yang bersamaan mendag sudah harus menyiapkan dan membahas bersama DPR tentang RAPBN 2016.
“Tak ada lagi masa belajar, sudah harus kerja kerja kerja seperti semboyan pemerintah ” tukas Hafiz.
Apalagi, Mendag berulang kali mengatakan kebijakan yang akan diambilnya akan lebih pragmatis dan lebih mengutamakan hasil.
Ini yang harus di koreksi, jangan setiap persoalan yang muncul kemudian diambil solusi instan misalnya kelangkaan daging sapi terus main impor.
“Latar belakang Tom(panggilan akrab mendag) yang dari pasar uang mungkin agak kesulitan dan perlu banyak belajar untuk mengurusi sektor ril seperti yang di geluti sekarang” tukas politikus PAN ini.
Dalam raker yang berlangsung hingga Rabu(19/8) tengah malam. Hafiz juga mengkritisi optimisme pemerintah yang berlebihan tentang pertumbuhan ekonomi yang menarget pertumbuhan sebesar 5,5 % pada kwartal kedua 2015/
Padahal Asian Development Bank (ADB) saja. memberikan analisas ekonomi, pertumbuhan Indonesia hanya 5,0 % sedangkan world bank lebih rendah yakni hanya 4,7 %.
Menurut dia, optimis boleh saja namun jangan tanpa implementasi yang konkrit. Saat ini, Rupiah sudah Rp 13.900, malahan kementerian yang serapan anggarannya baru 9 %.
Juga, Espor non migas minus 2,64 %, IHSG rontok terus bahkan BI tiap hari harus intervensi dengan menggelontorkan jutaan USD untuk menjaga kurs .
“Tentu devisa negara makin terkuras,” tutup Hafi. (ali)