Jakarta – Upaya yang lebih kuat untuk mengendaliakan tembakau, mencegah penyakit tidak menular (PTM) dan Penyakit Paru-paru harus memerlukan respon kesehatan terpadu dari para pemipin daerah sebagaimana diserukan Asia Pacific Summit of Mayors APCAT Summit.
The 6th Asia Pacific Summit of Mayors (6th APCAT Summit) atau Konferensi Tingkat Tinggi KTT Walikota Asia Pasifik ke-6 (KTT APCAT ke-6) diadakan 7 Desember 2021, mengusung tema “Bersama kita Ciptakan Solusi Kesehatan” digelar melalui zoom meeting.
Pada KTT ini mempertemukan lebih dari 800 delegasi dari 130 kota di 19 negara termasuk Walikota, Gubernur, pakar kesehatan masyarakat, media, dan pemuda.
Forum APCAT, Bupati Suwirta Sharing Keberhasilan dalam Pengendalian Tembakau
Delegasi KTT APCAT ke-6 mengadopsi Deklarasi yang mengikat para pemimpin di daerah untuk melakukan upaya yang lebih kuat dalam memajukan pengendalian tembakau, mencegah PTM, meningkatkan sinergi respons penanganan COVID-19 dengan respons kesehatan dan pembangunan lainnya, serta melindungi kebijakan dan program kesehatan serta pembangunan dari campur tangan industri.
Selain itu, KTT juga menyoroti kebutuhan untuk mempertahankan program vaksinasi rutin, pengendalian TB serta mencegah penularan virus hepatitis dari ibu ke anak selama pandemi untuk mencegah krisis kesehatan sekunder.
Merokok merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar di Indonesia. Lebih dari 33,8% orang dewasa (usia 15+) adalah perokok.
Negara Asia Pasifik Berbagi Pengalaman dan Strategi Pengendalian Tembakau di Bali
Prevalensi perokok lelaki dewasa sangat tinggi mencapai 62,8%. Setiap tahun merokok membunuh sekitar 266.000 orang dan menyebabkan 6 juta tahun kehidupan yang hilang karena kecacatan (DALYs).
Selain itu, merokok juga merupakan faktor risiko berbagai masalah kesehatan lainnya seperti COVID-19, TBC, stunting, dan berbagai penyakit generatif seperti jantung, stroke, diabetes, dan kanker.
Wali Kota Bogor dan Wakil Ketua APCAT Dr. Bima Arya Sugiarto mengungkapkan, Kota Bogor telah mencapai 89,05% vaksinasi Covid merupakan yang tertinggi di Jawa Barat.
Sambut HTTS, The Union Advokasi Pelarangan Rokok Elektrik dan Produk Tembakau
“Saya telah menginstruksikan rumah sakit di Kota Bogor untuk mengidentifikasi mereka yang merokok karena merokok dapat menyebabkan penyakit penyerta dan penyakit paru-paru yang bisa menimbulkan risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kasus COVID yang serius,” tandasnya.
Bima Arya Sugiarto juga memastikan kegiatan pengendalian tembakau tetap berjalan selama pandemi karena mereka mengalami kasus Covid berat juga merupakan perokok berat.
“Berhenti merokok adalah bagian dari kampanye protokol pencegahan Covid di Kota Bogor” Bima Arya Sugiarto menegaskan.
Karya Lukisan Maestro Made Wianta Relevan di Segala Zaman
Kendati ada kemunduran karena pandemi; Indonesia tetap berkomitmen untuk mengurangi prevalensi perokok muda.
Sementara Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin, menyatakan, untuk mencapai itu, Kementerian Kesehatan terus mengadvokasi untuk mengenakan pajak tertinggi yang dapat dicapai untuk produk tembakau.
“Kemudian, mengadopsi 90% peringatan kesehatan bergambar pada kemasan tembakau dan melarang penjualan rokok per batang serta mengatur rokok elektronik,” tandas Menkes Budi Gunadi Sadikin.
Sandang Kota Layak Anak, Denpasar Berkomitmen Perkuat KTR dan Larangan Iklan Rokok
Pandemi ganda COVID-19 dan penyakit tidak menular telah menempatkan kita dalam krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang tidak dapat diselesaikan oleh satu negara atau pemangku kepentingan.
Maka hanya dengan meningkatkan kerjasama global untuk menyatukan pemerintah, WHO dan badan-badan PBB lainnya, masyarakat sipil, akademisi, serta sektor swasta.
“Kita dapat membuat kemajuan menuju pemulihan dan mencapai target SDG 3.4, dan cakupan kesehatan universal” kata Dr Svetlana Akselrod, Direktur Platform NCD Global, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Peringati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Central Udayana Turun Lakukan Pembinaan KTR ke Restoran
Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta menambahkan, perokok lebih berisiko terkena COVID-19 yang parah. 26% penduduk Jakarta adalah perokok dan merokok rata-rata 10 batang setiap hari.
Secara keseluruhan, di Indonesia, prevalensi perokok remaja meningkat menjadi 9,1%. Jakarta berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah anak-anak merokok dengan memberikan layanan berhenti merokok.
“Selain itu, kami telah memvaksinasi 11 juta orang di Jakarta dan mengintegrasikan Pengendalian COVID-19 dengan pengenalian tembakau. Jadi, mari kita lindungi keluarga dan komunitas dari bahaya merokok, mari kita lakukan perubahan!!” ajakmAnies Baswedan. ***