![]() |
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) menyerahkan alat dan bahan percontohan penyuluhan pengelolaan sampah plastik di muara Sungai Cisadane, Kec. Teluk Naga, Kab. Tangerang. |
Jakarta – Pemerintah Indonesia terus berkomitmen mengurangi 70 persen
sampah plastik di laut hingga tahun 2025.
Pada Kamis (10/9), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan
Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) menyerahkan alat
dan bahan percontohan penyuluhan pengelolaan sampah plastik di muara Sungai
Cisadane, Kec. Teluk Naga, Kab. Tangerang.
Alat dan bahan hasil inovasi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan
Penyuluhan Perikanan (BRPBATPP) Bogor ini diserahkan kepada kelompok pengawas
masyarakat (Pokwasmas) Kelompok Tabur Mangrove untuk dikelola.
Sampah yang dihasilkan masyarakat di tiap desa sekitar akan ditimbang dan
dikumpulkan oleh pokwasmas ke bank sampah untuk selanjutnya diproses menjadi
ecobrick, paving block, dan bijih plastik.
Kepala BRSDM Sjarief Widjaja mengatakan, saat ini terdapat 333 muara sungai di
seluruh Indonesia. Jika tidak dikelola, muara-muara sungai ini berpotensi
untuk mengalirkan sampah plastik ke laut. Bahkan, diperkirakan akan lebih
banyak sampah plastik daripada ikan di laut pada tahun 2030.
“Ini yang berbahaya bagi generasi masa depan kita. Karena bagaimana pun juga,
kita sangat bergantung pada laut untuk menjadi pemasok utama protein hewani
dari sumber daya ikan kita,” ujarnya.
Saat ini, masyarakat Indonesia mengonsumsi sekitar 130 juta ton ikan per
tahun. Angka ini harus terus dipenuhi ke depannya guna mencegah stunting.
“Kalau kita tidak menjaga laut kita dari sampah plastik, tidak mustahil pada
suatu saat nanti ikan-ikan kita akan mengonsumsi plastik. Dan secara tidak
langsung, ini juga akan berdampak pada kesehatan kita,” ungkap Sjarief.
Ia menyatakan, hingga saat ini pihaknya telah menyelesaikan model pengelolaan
sampah plastik di muara Sungai Brantas, Citarum, dan Cisadane. Program
percontohan pengelolaan sampah plastik ini diharapkan dapat menjadi contoh
untuk diterapkan di seluruh muara sungai yang ada di Indonesia ke depannya.
“Kita kelola dari muara sungainya sehingga bisa mencegah plastik-plastik ini
lari ke laut. Selain itu juga, bisa menjadi penghasilan tambahan untuk
masyarakat,” ucapnya.
Guna mengoptimalkan upaya ini, Sjarief juga mendorong penggunaan bahan
alternatif kantong plastik yang dapat larut di alam. Beberapa contoh di
antaranya ialah plastik yang terbuat dari tapioka dan rumput laut. Ia
menyatakan, model ini akan turut dikembangkan secara bersamaan ke depan.
Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP)
Lilly Aprilya Pregiwati berharap, percontohan penyuluhan pengelolaan sampah
plastik ini dapat segera dimanfaatkan. Ia pun memastikan bahwa para penyuluh
akan terus mendampingi masyarakat setempat di lapangan.
“Terima kasih kepada seluruh penyuluh dan mohon terus didampingi sehingga
percontohan penyuluhan pengelolaan sampah ini benar-benar bisa bemanfaat untuk
masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Pokmaswas Tabur Mangrove, Ahmad Guntur, menyampaikan
apresiasinya kepada KKP atas alat yang diserahkan. Ia mengatakan, alat-alat
ini sungguh bermanfaat sebab desanya terletak di mulut Sungai Cisadane yang
menjadi tempat bertumpuknya sampah.
“Dulu ngomongin sampah mungkin hanya obrolan. Tapi sekarang kelompok/desa
sudah punya 241 pelanggan yang kita lakukan catat-timbang-ukur (CTA). Kami
berjanji dan berkomitmen untuk menjaga dan memanfaatkan bahan dan alat yang
diberikan kepada kami,” pungkasnya.
Apresiasi turut disampaikan oleh pemerintah daerah Kab. Tangerang yang
diwakili oleh Sekretaris Daerah Moch. Maesyal Rasyid. Ia berharap, Desa
Tanjung Burung dapat memanfaatkan alat dan bahan yang diterima dengan baik.
“Semoga sampah yang tadinya merupakan sumber masalah bisa dimanfaatkan jadi
sumber ekonomi untuk kita semua,” tandasnya. (imh)