KUDUS – Kelompok Kajian Teater Tigakoma FKIP UMK pada bulan April 2018 ini akan mementaskan sebuah pertunjukan yang disutradarai M. Utomo Aji Putro (Aji Kojek) dengan lakon “RSJ (Rumah Sakit Jiwa)” karya seniman teater yang juga terkenal sebagai sutradara kelompok Teater Koma yakni Nano Riantiarno.
Pentas Produksi ke-13 Teater Tigakoma tahun 2018 ini akan dipentaskan pada Selasa-Rabu (24-25/4) di Auditorium Universitas Muria Kudus (UMK) dan Jumat (4/5/2018) di Gedung Student Center Universitas Sebelas Maret (UNS) mendatang.
Pimpinan Produksi, Helmi Aditia mengungkapkan “Ketertarikan untuk memilih lakon RSJ pada proses kreatif tahun ini di dasari dengan rasa penasaran mengenai fenomena penyakit jiwa yang sering dialami setiap orang dan juga tantangan untuk menampilkan sebuah pertunjukan dengan latar dan alur cerita seputar rumah sakit jiwa yang dihadirkan ke atas panggung.
Di samping itu, meski naskah yang untuk pertama kali diketik pada tahun 1991 kemudian dipentaskan pertama kali oleh Teater Koma pada 1992 ini ternyata masih relevan dan mampu mencerminkan potret perkembangan masyarakat pada saat ini.
Gambaran perihal ketidakwarasan manusia yang semakin menjadi-jadi.”
Untuk cerita yang dibangun dalam naskah RSJ ini, mengisahkan tentang seorang dokter baru bernama Rogusta di sebuah RSJ yang telah beroperasi selama kurang lebih 27 tahun dengan menerapkan model-model terapi yang sangat tidak manusiawi.
Dia berusaha mencegah perlakuan yang menimbulkan rasa takut dan justru membikin pasien tidak stabil juga kegilaan menjadi semakin lengkap.
Akan tetapi, Profesor Dr. Sidarita, sang Direktur RSJ, curiga dan merasa kekuasaannya sedang terancam oleh kritikan dr. Rogusta.
Dua asisten senior Sidarita, dr. Murdiwan dan dr. Tunggul, juga merasa disaingi Rogusta, lantas mereka merancang siasat agar Rogusta tersingkir.
Dalam lakon ini juga disebutkan ceritatentang kekuasaan dan fenomena sakit jiwa yang dikondisikan. Juga cerita tentang Nyonya Masinah, pemilik yayasan RSJ dan kisah perlawanan Rogusta menghadapi sistem RSJ yang sudah sangat mapan dan tertata.
Bekerjasama dengan Bakti Budaya Djarum Foundation pada tahun ini diharapkan mampu terus memacu kreativitas dari seluruh anggota Teater Tigakoma yang terlibat.
Selain itu, dengan semakin rutin dan baiknya pertunjukan seni di Kudus dapat membentuk masyarakat yang sadar akan apresiasi karya seni.
Sikap apresiasi masyarakat yang sudah matang, menjadikan Kudus sebagai kota yang berbudaya. (des)