![]() |
Ketua LAPAN Thomas Djamaluddin |
BADUNG – Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) terus mengembangkan satelit operasional mikro dan pesawat tanpa awak yang akan dimanfaatkan mulai pemantauan dan pemotretan sumber daya alam hingga kebencanaan di Indonesia.
Salah satu yang tengah dipersiapkan adalah pengembangan satelit A-5 yang dijadwalkan akan diluncurkan tahun 2022.
“Untuk tahap awal, kami kembangkan dalam bentuk konstelasi,” kata Kepala Lapan Thomas Djamaluddin setelah membuka Konferensi Internasional Elektronika Dirgantara dan Penginderaan Jauh (ICARES) 2018 di Kuta, Bali, Kamis (20/9/2018).
Djamaluddin menjelaskan, melalui konferensi atau seminar ini akan dibahah masalah-masalah penting menyangkut sains dan teknologi satelit dan pemanfaatan teknologi kontrol hingga pesawat tanpa awak (UAV).
Pengembangan satelit operasional itu dilakukan setelah rangkaian satelit mikro seri A berakhir diluncurkan yang merupakan seri eksperimen.
Hanya saja, karena harus mempertimbangkan anggaran lebih banyak maka dalam pembuatan satelit berukuran besar kisaran bobot 500-1.000 kilogram, Lapan mengubah strategi menuju pengembangan satelit operasional.
Dijelaskan, dengan strategi itu maka beberapa satelit mikro dengan orbit masing-masing tetapi data bisa saling mendukung dan melengkapi atau disebut “konstelasi”. Djamaluddin menyebutkan, anggaran pembuayan satelit mikro relatif terjangkau seperti Lapan A-1 membutuhkan biaya sekitar Rp30-50 miliar, begitu juga seri A-2 dan A-3, di bawah Rp100 miliar.
Selain lebih murah, satelit mikro juga efisien karena jadwal peluncurannya relatif lebih cepat dibandingkan satelit ukuran besar. Pengembangan satelit operasional, lanjut dia, saat ini menunggu peluncuran satelit seri A-4 yang dijadwalkan pada tahun 2020 dan seri A-5 tahun 2022.
Untuk satelit-satelit yang telah diuncurkan seperti Satelit A-3, pihaknya menggandeng Institut Pertanian Bogor (IPB) di mana satelit itu dilengkapi kamera multispektra untuk pemantauan vegetasi perkebunan, pertanian dan hutan.
Satelit itu, dilengkapi pemantauan kapal, pengukuran medan mangnet, dan komponen yang dibuat Lapan sendiri yakni pengendali pergerakan satelit agar tetap mengarah ke bumi.
Pada bagian lain, Djamaluddin menambahkan, ajang yang diselenggarakan forum masyarakat ilmiah, IEEE, dan LAPAN merupakan kegiatan ilmiah tahunan yang menjadi wadah pertukaran informasi para peneliti, perekayasa, akademisi, dan praktisi dibidang aplikasi keantariksaan.
Diharapkan lewat forum ini, bisa memberikan kontribusi nyata dalam mendukung pertukaran pandangan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dibidang elektronika dirgantara dan penginderaan jauh.
Beberapa hasil penelitian penting dihimpun dalam ICARES 2018 dan yang dipresentasikan merupakan penelitian yang lolos tahapan seleksi. “Terpilih 29 makalah yang diterima dan akan dipresentasikan dalam konferensi ini,” imbuhnya. (rhm)