Kabarnusa.com – Tak banyak yang mengetahui jika Wayan Sudirta memiliki perjalanan panjang dalam hidupnya sebelum akhirnya memutuskan maju sebagai calon Bupati Karangasem yang diusung PDI Perjuangan. Berikut jejak hidup Sudirta, yang bisa jadi luput dari perhatian publik yang dikisahkan secara blak-blakan menandakan kejujuran layaknya seorang pemimpin yang sesungguhnya.
Sudirta dan keluarganya terbilang unik. Meski bersekolah di Malang dan bertarung di Ibu Kota Jakarta untuk meraih sukses, sosok Sudirta tetaplah tidak bisa meninggalkan kampung halaman tercinta.
Kisah unik dimulai, setelah hampir 40 tahun lebih tinggal di Jakarta, KTP-nya tetap dari Desa Pidpid, Kecamatan Abang.
Suatu ketika pada tahun 80-an, ketika mengetahui di kampungnya peternak mengeluhkan sapi-sapi yang dicuri ‘’maling’’, Sudirta membentuk Keamanan Desa, dengan beaya sendiri.
Sebagai koordinator, ditunjuklah Ketut Kerud, warga Desa Pidpid yang ‘’ditemukan’’ Wayan Sudirta di Jakarta.
Kerud dikenal sebagai orang yang berkali-kali masuk penjara, karena perkelahian yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa.
Namun, Sudirta mengajaknya pulang kampung, mengurus keamanan desa dari pencurian sapi, sekaligus membantu dan mengembalikan Ketut Kerud ke kehidupan sosial yang normal dan membangun keluarga yang berguna bagi desa.
‘’Waktu Keamanan Desa dibentuk, kita tantang para pencuri sapi kalau mereka masih berani dan coba-coba mencuri, pasti akan ditangkap,’’ katanya kepada awak media belum lama ini.
Untuk program keamanan itu, dia menyewa anjin pelacak, minta petugas Kepolisian, sementara nama Ketut Kerud yang beberapa kali keluar masuk penjara diajak Sudirta untuk bertobat kembali membangun desanya maka berangsur pencurian sapi lenyap.
‘’Tidak hanya di Pidpid, pencurian sapi lenyap, desa-desa sekitarnya pun tidak pernah ada kecurian sapi setelah kita bentuk keamanan desa,’’ sambung Sudirta.
Kalau ada sapi yang hilang, dan sudah diduga pencurinya si Anu, Kerud dan Tim Keamanan mendatangi yang bersangkutan dan mengingatkan risikonya, bila sapi tak kembali.
Hebatnya, keesokan hari, tahu-tahu sapinya sudah kembali ke kandang.
Agaknya, pencuri sudah mendengar ‘’reputasi’’ Ketut Kerud selaku koordinator Keamanan, yang bisa bertindak ‘’tegas’’ terhadap pencuri sapi.
Belum lagi risiko hukum masuk penjara, karena Kepolisian sangat mendukung program Keamanan Desa tersebut.
Hal itu hanyalah sekelumit kisah, bagaimana Sudirta yang sukses di Jakarta, tidaklah melupakan kampung halamannya.
Pendiri KorDem itu, bersedia berkorban materi untuk membangun sesuatu yang penting, bukan hanya lingkungan sosialnya, tetapi juga orang-orang yang memerlukan bantuan untuk kembali ke jalan yang benar.
Semboyannya,’’Lebih baik menjadi bekas orang jahat dibanding menjadi bekas orang baik…”
Hingga kini, tidak ada lagi pencurian sapi di sekitar Desa Pidpid Kec. Abang. Membantu kampung dan masyarakat desa, bukanlah gerakan karena jadi calon bupati, tahun 1980an pun Ia melakukannya. (rhm)