Melongok Sejarah Bencana dan Peradaban Tambora 1815

8 September 2015, 15:25 WIB

tambora

Kabarnusa.com – Tahun 2015 menjadi catatan penting tersendiri dalam sejarah vulkanologi Indonesia di mana pada 10 – 15 April 1815 Gunung Api Tambora meletus dan menimbulkan dampak mahadahsyat.

Memperingati 200 tahun letusan Tambora dan sekaligus Perayaan 50 Tahun KOMPAS, Bentara Budaya menyelenggarakan Pameran, Pertunjukan dan Seminar “Kuldesak Tambora”.

Pameran yang bermula di Bentara Budaya Jakarta, 17 – 26 April 2015 kemudian berlanjut di Bentara Budaya Bali, 9 – 12 September 2015.

Eksibisi dibuka tanggal 9 September 2015 di Jl. Prof. Ida Bagus Mantra No.88A, Ketewel, menghadirkan tajuk “Bencana dan Peradaban Tambora 1815”.

Peristiwa pameran kali ini juga sejalan dengan tema utama Bentara Budaya tahun 2015, Giri-Bahari.

Pasang-surut interaksi manusia dengan alam raya—gunung api (giri) dan samudera (bahari)–, adalah pasang-surut peradaban kebudayaan lokal dengan fenomena alam.

Saat alam raya menggelar potensi alam dan kesuburan tanahnya, maka pertumbuhan pemukiman dan jejaring sosial politik mekar dan mencapai keteraturan tertentu.  Materi pameran lain berupa proses letusan yang ditampilkan dalam bentuk infografik dan foto.

Ketiga tentang dampak letusan terhadap tiga kerajaan di Tambora. Keempat dampak letusan berdasarkan kajian vulkanologi dari Pusat Geologi (PVMBG) yang ditampilkan dalam bentuk foto dan infografik.

Kelima ulasan tentang pengaruh letusan ke daerah lain terutama Eropa.

“Diangkat pula unsur sejarah seperti Kerajaan Sanggar dengan bukti sejarah serta artefak-artefaknya,” kata pegiat budaya Ni Wayab Idayati dalam rilisnya diterima Kabarnusa.com Selasa (8/9/2015).

Aspek lainnya adalah keindahan alam dan mitigasi, dan yan terakhir ditampilkan pula menampilkan potret enam gunung dalam bentuk infografis dan artefak.

Menurut Naniek Harkantiningsih dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, peristiwa kali ini merupakan sebuah upaya untuk menghadirkan hasil penelitian tentang erupsi Tambora melalui jejak – jejak vulkanisnya.

Ini, sekaligus juga aneka perspektif dari masa lalu maupun masa kini sebagai bagian dari pengembangan Tambora sebagai warisan budaya.

Eksibisi artefak-artefak bersejarah Tambora yang diresmikan langsung oleh Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, I Made Geria, dimaknai pula pertunjukan seni oleh Sanggar Kebo Iwa dan pemutaran video tentang Tambora.

“Ada juga Seminar  tentang Penelitian Arkeologi dan Pengembangan Kawasan Warisan Budaya Berkelanjutan pada 10 September 2015,” katanya.

Sejarah mencatat, erupsi Tambora  tidak semata-mata sebuah fenomena alam, peristiwa ini  juga diingat sebagai sebuah bencana bagi kemanusiaan   dan lingkungan.  (gek)

Berita Lainnya

Terkini