![]() |
Wakil Bupati Badung Ketut Suiasa saat mendampingi Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukito |
BADUNG– Menteri Perdagangan Indonesia, Enggartiasto Lukita mengapresiasi program Pemkab Badung dalam menanam cabai seluas 60 hektar.
Guna memastikan harga sembako di pasar tetap stabil, jelang Hari raya Galungan dan Kuningan serta Puasa dan Lebaran. Wakil Bupati Badung, Ketut Suiasa mendampingi Enggartiasto saat melakukan peninjauan ke Pasar Kuta II dan Pasar Desa Jimbaran, Selasa (8/5).
Menteri Enggartiasto mengaku gembira akan kondisi harga bahan kebutuhan pokok di Badung, yang berada dibawah dari harga eceran tertinggi. Bahkan program Pemkab Badung menanam cabai seluas 60 hektar juga mendapatkankan apresiasi.
Jika hal tersebut bisa dilakukan terus menerus, dengan menanam berbagai kebutuhan pokok lainnya, maka harga kebutuhan pokok akan stabil dan terjaga.
Wabup Suiasa tidak memungkiri, dari pamantauan di lapangan, memang kondisi harga barang di pasar Kuta dan Jimbaran relatif stabil.
Bahkan ada barang harganya berada dibawah nilai rata-rata standar yang berlaku saat ini. Hal terssbut tidak lepas berkat upaya program kebijakan dan intervensi dari pemerintah Kabupaten Badung, untuk menciptakan iklim pasar yang kondhsif.
“Kondisi harga di pasar sangat kondusif, semuanya sudah sangat baik dan ketersediaan barang-barang sudah sangat terjangkau dan mudah diperoleh. Tinggal kita menjaga kontinuitas hal tersebut, baik dari suplai terhadap barang-barang agar ada secara periodik,”terang Suiasa.
Pihaknya akan selalu melakukan monitoring, dengan tim TPID kabupate Badung. Sehingga lonjakan harga bisa termonitor dan tidak berpengaruh terhadap inflasi kedepannya. Apalagi pihak bulog menjamin bahwa ketersedian beras masih mencukupi persediaannya.
Menteri Perdagangan Indonesia, Enggartiasto Lukita berharap agar tidak ada framing berita terkait kenaikan harga menjelang lebaran. Sebab dari pemantauan yang dilakukan pihaknya, ternyata tidak ada kenaikan harga di pasaran. Yang ada justru adalah penurunan harga, baik itu bawang putih, cabe, beras, daging ayam dan sebagainya.
“Saat ini kondisi harga ayam dan telutlr berada di tengah-tengah. Harga gula turun dari Rp 12.500 menjadi Rp 11.500. Minyak goreng peeliter itu Rp 11 ribu dan setengah liter Rp 6.000. Minyak goreng curah seharga Rp 10 ribu. Beras yang semula Rp 9.450, menjadi Rp 8.950. Sedangkan untuk beras premium dari Rp 12.800 menjadi Rp12 ribu,”paparnya.
Kondisi harga dipasaran yang masih stabil, disebabkan oleh suplai dan demand yang seimbang. Jika ada kenaikan harga kedeepan, maka pihaknya mengaku akan mendorong suplai, khususnya beras. Dimana seluruh penjual beras di pasar tradisional diwajibkannya untuk menjual beras medium.
Pihaknya menerangkan kondisi harga barang di pasar tersebut hampir sama dengan pasar Kuta. Dimana semua harga kebutuhan pokok warga relatif masih dengan kondisi stabil atau rentang harga yang terkendali.
Kata dia, secara umum harga kebutuhan berupa beras dan gula relatif turun, dibandingkan dari kondisi harga semula. Sementara untuk bawang merah dan bawang putih, hanya berbeda selisih seribu atau dua ribu, dengan kondisi stabil.
Daging Ayam dan telur juga masih pada batas tengah, atau naik dan turunnya hanya sedikit.
“Yang beda ini adalah harga minyak goreng yang dijual toko, itu biasanya dijual Rp 11 ribu perliter, tapi ada yang menjual setengah liter seharga Rp 6000. Karena warung membeli lebih sedikit, maka perolehannya toko akan lebih tinggi,”ujarnya.
Diakuinya, kondisi itu menjadi persoalan yang dihadapi pihaknya. Antara pedagang warung dengan pedagang besar dan retail modern, sering terjadi perbedaan harga. Karena itulah salah satu hal yang akan dilakukannya adalah bagaimana mengangkat pedagang tradisional dan warung, pada area dan level yang sama atau level playing field yang sama.
“Jadi barang itu harus bisa diperoleh dengan harga yang sama. Kalau tidak, maka ia akan kalah bersaing. Semua itu akan kita coba benahi secara bertahap, untuk mewujudkannya. Sehingga tercapai ekonomi kerakyatan dan berkeadilan,”imbuhnya. (rhm)