Sleman – Langsung menindaklanjuti Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2025, Presiden RI Prabowo Subianto menargetkan pembentukan 80 ribu Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih di seluruh penjuru Indonesia.
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) didapuk sebagai proyek percontohan, dan gerak cepat telah terlihat nyata!
Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa, dengan bangga menyatakan bahwa program ambisius ini telah berjalan optimal.
Seluruh 86 kalurahan di Sleman telah membentuk Koperasi Merah Putih. Bahkan, hingga hari ini, total 439 koperasi telah terbentuk di wilayah DIY.
“Ini menunjukkan antusiasme dan keseriusan masyarakat dalam mengembangkan ekonomi,” ujarnya pada Minggu (15/6/2025).
Tak hanya itu, percepatan legalitas pun menjadi fokus utama. Danang menambahkan, proses pengesahan badan hukum koperasi tengah dikebut bekerja sama dengan Ikatan Notaris Indonesia Kabupaten Sleman.
“Insyaallah minggu depan semua koperasi di Sleman akan selesai secara legal. Tamanmartani menjadi salah satu pilot project karena sudah selesai lebih dulu,” lanjutnya penuh optimisme.
Pada kesempatan berharga tersebut, Menteri Koperasi Budi Arie turut hadir, menegaskan bahwa program ini adalah prioritas nasional untuk memperkuat ekonomi kerakyatan dan kemandirian desa.
Menteri Budi pun mengapresiasi langkah cepat ini. Peluncuran di Kalurahan Tamanmartani resmi menjadikannya pionir koperasi desa Merah Putih di Sleman yang terstruktur secara kelembagaan dan legal formal, bahkan berpotensi menjadi model nasional maupun internasional.
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, tak ketinggalan menekankan krusialnya pembangunan jaringan koperasi yang kuat dan profesional.
“Dengan Koperasi Merah Putih ini, harapan saya ada kepastian manajemen, organisasi, dan tata kelola keuangan yang profesional. Ini harus dijalankan dengan akuntabilitas yang tinggi,” tegas Sultan.
Sultan berharap, generasi muda Yogyakarta, yang didominasi sarjana, dapat mengambil peran vital dalam mengelola koperasi.
“Sebagaimana kami juga banyak di kelurahan memberikan bantuan gubernur untuk program-program unggulan di desa-desa, saya yakin mereka juga bisa menjadi pemegang manajemen koperasi dengan lebih baik,” ucapnya, merujuk pada keberhasilan program di Nglanggeran dan Bireksi.
Koperasi Desa: Pangan Murah dan Lahan Produktif untuk Kesejahteraan
Lebih jauh, Sultan membayangkan koperasi desa menjadi tulang punggung penyediaan pangan lokal.
“Saya ingin nanti masyarakat beli lombok, sayur, dan kebutuhan pokok di koperasi, bukan di Pasar Beringharjo. Karena harga di koperasi harus lebih murah,” pintanya, menggambarkan visi ekonomi kerakyatan yang kuat.
Program Koperasi Merah Putih di DIY ini juga terintegrasi dengan pengembangan lahan produktif desa. Koperasi diberi ruang untuk mengelola lahan pertanian seluas 1 hingga 1,4 hektar melalui sistem sewa tanah kas desa.
Uniknya, Sultan menegaskan, bantuan awal akan berlanjut jika koperasi menunjukkan keuntungan signifikan.
“Dengan demikian, kami akan mempercepat bagaimana pemangku wilayah di Sleman maupun kabupaten yang lain mempersiapkan keberadaan Koperasi Merah Putih.
Perkara nanti itu bisa bertambah jadi 2-3 hektare ya kalau memang koperasi itu untung biar investasi sendiri, enggak usah dibantu lagi, harus mandiri. Mosok selamanya dibantu terus?” jelas Sultan dengan lugas.
“Jadi, bantuan sekali ya sudah itu harus jalan, dipertanggungjawabkan gitu. Yang penting di sini akuntabilitas harus bisa kita lakukan,” pungkasnya. ***