Kabarnusa.com –
Monumen perjuangan kemerdekaan di Kabupaten Jembrana, Bali, kondisinya
memperihatinkan karena tidak terawat salah satunya monumen perjuangan
Peh di Desa Manistutu, Kecamatan Melaya.
Monumen terletak di
pingiran jalan desa setempat ini selain kondisinya tak terawat, halaman
dalam dan luar monumen yang dikelilingi pagar tembok banyak ditumbuhi
semak belukar. Bahkan, halamannya berubah fungsi menjadi gudang besi
tua.
Di satu sisi, saat peringatan hari Pahlawan 10 November
2015, Bendera Merah Mutih memang berkibar di antara empat patung
pehlawan dan tugu di monumen.
Sayangnya di sekeliling bangunan
monumen banyak ditumbuhi rumput liar dan semak belukar, termssuk tembok
penyengker di sebelah timur sebagian sudah jebol.
Sebagian masih berdiri tampak sudah miring. Tidak itu saja, sejumlah patung yang bercat putih sudah memudar.
Demikian
halnya pada bagian luar bangunan, gerbang masuk terdapat batu prasasti
bertuliskan, ‘Dari Sini Kita Satukan Tekad Hidup Mati Demi Melanjutkan
Perjuangan Merebut Kemerdekaan Menuju Monumen Gelar,’Batuagung, juga
sudah memudar dan nyaris tidak terbaca.
Termasuk tulisan angka tahun 1945 mulai tak terlihat.
Berdasarkan
catatan sejarah perjuangan kemerdekaan di Jembrana, setelah pasukan TKR
pimpinan Markadi mendarat di Pantai Candikusuma, Melaya dan di monument
Cekik, para pejuang melakukan pergerakan ke monumen Peh.
Di
Momnemt ini para perjung berkumpul mengatur strtegi bersama pemuda dan
rakyat untuk menuju monumen gelar di Batuagung, Kecamatan Jembrana.
Selanjutnya
menuju Monument di Penyaringan, Desa Medewi, hingga menuju Pekutatan
dan bergabung dengan pasukan I Gusti Ngurah Rai di Margarana, Tabanan. (dar)