Misbar di Sinema Bentara Angkat Film Humanisme Lintas Bangsa

27 Januari 2017, 22:15 WIB

DENPASAR – Sebagai pembuka program Sinema Bentara tahun 2017, pada bulan Januari ini secara khusus ditayangkan film bertema kemanusiaan dalam berbagai perspektif lintas bangsa. Terangkum dalam tajuk “Humanisme Lintas Bangsa”, agenda ini akan digelar pada Senin-Selasa (30-31/1), di Bentara Budaya Bali, Jl. Prof. Ida Bagus Mantra No. 88A, Ketewel, Gianyar.

Film-film terpilih dari mancanegera kali ini coba menghadirkan humanisme melalui aneka peristiwa dalam kehidupan sehari-hari para tokohnya.

Juwitta K Lasut, staf Bentara Budaya Bali mengungkapkan ada empat film yang akan diputar yaitu The Intouchable (Prancis, 2011, Oliver Nakache & Eric Toledano), Blue Eyed Boy (Iran, 2014, Amir Masoud Soheili), PK (India, 2014, Rajkumar Hirani), Doctor Zhivago (UK- Italia, 1965, David Lean).

Agenda ini didukung oleh Pusat Kebudayaan Prancis Alliance Francaise de Bali, Konsulat Kehormatan Italia di Denpasar, Simiya Film, Indian Culture Centre Bali, Untold Stories dan Udayana Science Club. Pada hari pertama (30/1) akan ditayangkan The Intouchable dan PK, sedangkan pada hari kedua (31/1) diputar Blue Eyed Boy dan ditutup dengan Doctor Zhivago.

Pemutaran akan dimulai pukul 18.00 WITA. “Film-film tersebut telah meraih berbagai penghargaan internasional maupun diputar dalam sejumlah festival film,” ungkap Juwitta. The Intouchable, film besutan Oliver Nakache dan Eric Toledano ini telah meraih Best Film dalam Globes de Cristal Awards 2012, Best European Film dalam Gaudì Awards 2013, serta beberapa penghargaan bergengsi lainnya.

Film ini menggambarkan bagaimana seorang tuna daksa kaya mencoba memberi arti kepada seorang bekas narapida untuk meyakini bahwa masa depannya akan lebih baik bila menjadi orang jujur.

Sementara sutradara Iran, Amir Masoud Soheili dalam film Blue Eyed Boy menggambarkan tentang seorang anak yang memiliki kelainan buta warna di sebuah desa di Iran dan berjuang meraih prestasi membanggakan demi orangtuanya yang sebelumnya merasa malu memiliki anak seperti itu.

Film ini meraih sejumlah penghargaan antara lain Student Award dalam Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2014 dan Special Mention–Short Film dalam Avanca Film Festival 2015. Film India PK, karya Rajkumar Hirani tidak kalah menarik. Film ini mengisahkan tentang alien humanoid, PK, yang mendarat di bumi dalam misi penelitian.

Pertemuan PK dengan sosok bernama Bhairon Singh mengajarkan keduanya tentang persahabatan dan kemanusiaan. Film ini meraih Best Screenplay & Best Dialogue pada Filmfare Awards 2015 dan Nominasi Best Director pada International Indian Film Academy Awards 2015.

Diputarkan juga Doctor Zhivago yang diproduksi tahun 1965, arahan sutradara David Lean. Film yang berangkat dari novel Boris Pasternak ini berlatar antara tahun sebelum Perang Dunia I dan Perang Saudara Rusia 1917-1922. Mengisahkan kehidupan dan kisah cinta seorang dokter bernama Zhivago di Moskow tiba-tiba menjadi kacau seiring dengan situasi Perang Dunia I dan Revolusi Rusia.

Doctor Zhivago meraih penghargaan Best Writing, Best Cinematography pada Academy Awards 1966; Best Director pada Golden Globe 1966; Best Foreign Production pada David di Donatello Awards 1967; Best Original Score Written for a Motion Picture or Television Show pada Grammy Awards 1967.

“Pemutaran film ini diharapkan dapat memberikan perenungan bagi siapa saja bahwa sisi kemanusiaan bisa hadir pada kehidupan kita sehari-hari sebagai suatu motivasi dan pelajaran hidup untuk lebih menghargai sesama, terlebih kepada mereka yang memiliki kekurangan,” kata Juwitta.

Program Sinema Bentara ini masih dihadirkan dengan konsep Misbar, gaya menonton bersama yang populer di era tahun 70-80an dengan mengedepankan suasana nonton film bersama yang hangat, guyub, dan akrab. (des)

Berita Lainnya

Terkini