DENPASAR – Menumbuhkan jiwa dan semangat kewirausahaan penting dilakukan sejak dini sehingga setelah siswa tamat sekolah atau kuliah bisa memiliki bekal cukup ketika terjun di masyarakat.
Dalam kaitan itulah, Majelis Ekonomi Kewirausahaan (MEK) Muhammadiyah Pimpinan Wilayah Bali mengadakan seminar kewirausahaan di kalangan siswa, Sabtu (4/3/17) di Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah Denpasar.
Ketua MEK Muhammadiyah Bali Delly Yusar mengatakan, sudah saatnya anak muda khususnya siswa Muhammadiyah khususnya di Bali, mulai memikirkan apa yang akan dilakukan setelah lulus sekolah.
“Apakah mau kerja atau menjadi pengusaha atau berwiraswasta, usaha kecil kecilan hendaknya sudah mulai dipikir dan dirintis siswa,” ujar Delly. Dimulai dari hal-hal kecil, seperti berusaha seperti berjualan pulsa dan dijual kepada sesama teman, dan mendapat untungnya juga kecil, namun resikonya juga tidak seberapa juga.
“Nah usaha semacam ini bisa juga disebut berwirausaha,” tuturnya. Pembicara lainnya, Abdullah Jawas memberikan motivasi dan pengertian kewirausahaan di kalangan siswa. Jawas yang mantan dosen ekonomi Unud itu, mencoba memancing siswa dengan pertanyaan apa yang dirasakan apabila pergi ke Bedugul Baturiti.
Para siswa hampir sebagian besar menjawab yang dirasakan suasana sejuk, indah, dingin dan jawaban serupa beberapa siswa hampir sama satu dengan lainnya.
Jawas melanjutkan, perlu lebih melihat apakah dengan prospek yang indah, siswa bisa berpikir bahwa disana banyak dijumpai bunga segar yang bisa dirangkai dan dijual ke hotel-hotel sebagai peluang usaha
Pembicara dari kalangan muda yakni Nur Arianto lebih banyak memberikan gambaran apa dan bagaimana anak muda seharusnya berpikir, bertindak dan berprilaku. “Sebelum anak muda berwirausaha hendaknya siswa paham akan passion dan bakatnya,” tuturnya.
Karena disanalah usaha itu akan berhasil dan konsisten hingga menjadi besar. Wirausaha bukan sekedar mempersiapkan bagaimana mengatasi kegagalan dan usahanya bangkrut. Tapi mempersiapkan usaha berhasil dan tetap menjadi lebih besar lagi, yakni dengan berpikir dan bertindak berbeda pada umum dan lazimnya.
Arianto menambuatlah inovasi dan pembeda pada umumnya, kalau jualan semangka berbentuk bulat sudah biasa, lalu bagaimana memuaskan pasar dan konsumen melihat semangka juga bisa dicetak kotak.
“Bisa suka suka kita, tinggal membuat cetakan sesuai keinginan kita,” ujarnya. Inilah pentingnya improvisasi dan inovasi tanpa henti,karena pasar atau konsumen jenuh dan pengusaha wajib mengikuti trend dan selera pasar.
Motivasi gaya provokatif ala arianto membuat siswa tercengang namun menyimak penjelasannya. Karena penyampaian yang terkadang landai datar, tiba tiba siswa diajak berpikir kritis dan mendalam.
Dalam akhir diskusi dari pihak guru, yakni Siswanto mengucapkan terima kasih kepada MEK Muhammadiyah Bali yang memiliki kepedulian dan sharing informasi, pengetahuan kewirausahaan di kalangan siswa. “Semoga acara semacam ini dapat digelar di lain waktu,” tutupnya. (gek)