Bogor – Ketua Umum HMI Cabang Bogor, Fathan Putra Mardela, memberikan penegasan keras terkait ancaman oligarki sumber daya alam (SDA) terhadap masa depan pembangunan daerah. Dalam forum Musyawarah Kerja BEM se-Bogor, Sabtu (15/11/2025), Fathan menyebut bahwa kedaulatan daerah mustahil terwujud jika pengelolaan SDA terus dikuasai kelompok oligarki.
Menurut Fathan, persoalan kemiskinan ekstrem hingga ketimpangan ekonomi di berbagai daerah berakar dari struktur penguasaan SDA yang tidak adil.
“Bagaimana mungkin kita bicara kedaulatan, kalau tanah, air, dan sumber daya kita masih dikendalikan segelintir elite? Kedaulatan daerah tak akan lahir jika oligarki SDA dibiarkan menguasai,” kata Fathan dalam keterangan kepada wartawan.
Fathan merujuk data BPS yang menunjukkan masih adanya 2,38 juta masyarakat miskin ekstrem per Maret 2025.
“Fakta ini tidak bisa dilepaskan dari gagalnya model pembangunan top-down yang selama ini tidak memberi ruang bagi masyarakat lokal untuk berdaulat atas sumber-sumber ekonomi mereka”, tandasnya.
Ia menekankan bahwa mahasiswa harus mengambil posisi sebagai aktor utama dalam gerakan pemberdayaan masyarakat.
“Perubahan tidak lahir dari kenyamanan, tetapi dari keberanian membaca realitas apa adanya,” ujarnya.
Menurut Fathan, gerakan mahasiswa tak boleh berhenti pada kritik, tetapi harus masuk ke ranah aksi nyata dengan mengorganisasi komunitas, memperkuat literasi publik, dan menjembatani ilmu pengetahuan dengan kepentingan masyarakat.
“Kedaulatan dimulai dari kemampuan daerah menjaga apa yang tumbuh dari tanahnya dan apa yang mengalir di sungainya. Jika SDA kita dibiarkan dikuasai oligarki, maka seluruh agenda pembangunan daerah akan selalu tersandera,” lanjutnya.
Fathan juga menyoroti pentingnya literasi data di tingkat akar rumput. Ia menilai warga desa harus menjadi pemilik data dan bukan sekadar objek pendataan, agar kebijakan pembangunan benar-benar berbasis kebutuhan masyarakat.
“Literasi data sangat penting bagi gerakan sosial termasuk gerakan mahasiswa, tanpa ini gerakan akan terlihat jelas ditunggangi oleh kepemtingan segelintir orang”, katanya.
Fathan juga menyerukan agar mahasiswa konsisten memimpin gerakan panjang melawan dominasi oligarki SDA.
“Gerakan tanpa keberlanjutan hanyalah acara, tapi gerakan yang dirawat akan menjadi kultur. Mahasiswa harus menjadi motor perubahan itu,” pungkasnya.***

