Kabarnusa.com – Harga gabah di tingkat petani di Kabupaten Jembrana Bali mengalami penurunan signifikan sejak sebulan terakhir.
Padahal, biaya produksi sangat tinggi dan harga beras tetap mahal. Beberapa petani memnuturkan, penurunan harga gabah di tingkat petani sudah empat kali terjadi.
Bukan karena kualitas produksi rendah melainkan terjadi panen secara bersamaan di sejumlah subak.
Akibatnya, stok gabah di kabupaten berjuluk bumi makepung itu melimpah. Curah hujan tinggi juga diduga mempengaruhi harga gabah.
Selain itu, sulitnya mencari buruh pemotong padi mempengaruhi harga gabah.
Dari penuturan petani, harga gabah bisa menembus Rp 5.200 per-kilonya. Harga itu, hanya bertahan selama satu minggu dan turun menjadi Rp 5000 per kilogram.
Berselang tiga hari, harga mengalami penurunan menjadi Rp 4.800 per-kilogram.
Sseminggu lalu kembali mengalami penurunan sangat drastis menjadi Rp 4000 per-kilonya.
“Harga empat ribu rupiah itu bertahan hingga hari ini,” sebut Dewa Ketut Dendra, petani Subak Yehbuah, Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Jumat (1/4/2016).
Pihaknya khawatir, harga itu akan turun lagi mengingat masih banyak petani belum panen.
Dengan harga Rp 4000 per-kilogram, petani di Jembrana terancam merugi karena biaya produksi sangat tinggi.
Belum lagi, harga sarana dan obat-obatan sangat tinggi. Ditambah pembatasan pupuk buat petani.
Penurunan harga gabah di tingkat petani ini tidak dibarengi dengan penurunan harga sarana dan obat-obatan pertanian.
“Termasuk harga beras masih tinggi kisaran dilevel Rp 8.500 sampai Rp 10.000 per-kilogramnya,” imbuhnya. (dar)