Jakarta – Percontohan klaster tambak udang di Kabupaten Cianjur Jawa
Barat dengan luas sekitar 4 hektare terdiri dari 15 kolam produksi dengan masa
pemeliharaan 110 hari berhasil panen perdana udang vaname sebanyak kurang
lebih 30 ton.
“Nilanya kurang lebih Rp2 miliar,” papar Ahmad Hidayat selaku wakil ketua
Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dalam keterangannya, Senin (19/4/2021).
Keberadaan percontohan klaster tambak udang berkelanjutan yang merupakan hasil
kerja sama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan Perum Perhutani
sebagai pemilik lahan di Cidaun, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat
mendulang banyak apresiasi.
Bahkan, percontohan tambak udang berkelanjutan tersebut berhasil menggerakkan
ekonomi setempat.
“Alhamdulillah awalnya kami minim sekali terkait informasi teknologi budidaya
tambak udang berkelanjutan, dengan pengawalan teknologi dari Balai Layanan
Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, kami bisa berhasil
melakukan panen udang vaname sesuai dengan target yang diinginkan,” lanjutnya.
Hasil panennya memuaskan bisa mencapai target, apalagi ini menjadi sumber
pendapatan kami di LMDH, apalagi situasinya masih pandemi seperti sekarang
ini.
Ahmad dalam keterangannya mengatakan bahwa hasil panen dari budidaya tambak
udang sangat menambah pendapatan anggota kelompok hingga tiga kali lipat.
Uang hasil penjualannya selain dibagikan untuk anggota LMDH, digunakan juga
sebagai modal selanjutnya untuk membeli seperti benih, pakan dan sarana
produksi lainnya.
“Kami semua tidak menyangka dengan awalnya kami sebagai petani yang tidak
memiliki ilmu untuk budidaya tambak udang, Alhamdulillah dengan semangat kerja
teman-teman dari BLUPPB Karawang meskipun kondisi musim hujan tetap memberikan
pendampingan hingga hasil panen kami bisa mencapai target,” papar Ahmad.
Hasil panen yang diperoleh diakuinya menjadi pendorong semangat untuk
meningkatkan produktivitas tambak ke depannya. “Yang pasti kami akan menekuni
ini, karena sudah terbukti hasilnya,” ungkapnya.
Keberadaan tambak bukan hanya membawa berkah bagi LMDH saja melainkan juga
masyarakat sekitar yang membantu operasional tambak. “Jadi memang berkahnya
bukan hanya untuk kami, tapi juga warga sekitar bisa bekerja di sini,”
tutupnya.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto saat mengunjungi tambak
udang berkelanjutan di Cidaun beberapa waktu lalu mengatakan sangat apresiasi
dengan hasil panen yang diperoleh bisa sesuai dengan target yang diinginkan
yakni bisa mencapai sekitar 30 ton serta panen totalnya bisa berhasil mencapai
sekitar size 45 selama masa pemeliharaan 110 hari dengan padat tebar sebanyak
100 ekor per m2.
“Saya berharap LMDH di Cidaun ini nantinya bisa berhasil secara mandiri dan
berkelanjutan dalam budidaya tambak udang serta dapat meluas ke LMDH lainnya
yang berada di Kabupaten Cianjur ini. Selain itu untuk merebut pasar ekspor
yakni produktivitas terjamin dan daya saing produk yang tinggi. Oleh
karenanya, saya juga menghimbau untuk selalu konsisten menerapkan kaidah
kaidah Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB),” jelas Slamet.
Potensi dimiliki Kabupaten Cianjur sendiri luar biasa dan berpeluang menjadi
daerah penghasil udang vaname. Hal ini didukung ketersediaan lahan dan juga
kondisi alam yang cocok untuk aktivitas budidaya tambak udang.
Informasi yang diperoleh dari Pemerintah Daerah Cianjur menyebut potensi lahan
yang tersedia untuk budidaya tambak sekitar 110 hektare.
Lahan Perhutani ini sangat luas dan selama ini belum produktif, dengan
melibatkan dan memberdayakan masyarakat lokal seperti masyarakat LMDH dengan
pengawalan teknologi untuk dioptimalkan pengembangan usaha budidaya tambak
udang berkelanjutan dan ramah lingkungan serta dalam rangka pencapaian target
peningkatan nilai ekspor udang nasional sebesar 250% hingga tahun 2024.
“Hal tersebut sesuai dengan arahan Presiden, bagaimana masyarakat desa hutan
diberikan akses ekonomi pada usaha usaha produktif,” imbuh Slamet.
(rhm)