Kabarnusa.com –
 Lima mahasiswa Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada Yogyakarta berhasil
 melakukan ekperimen mengubah limbah sisik ikan sebagai bahan baku untuk
 pembuatan plastik yang gampang terurai secara alamiah atau
 biodegradabel.
Selama ini, plastik yang banyak dipakai masyarakat
 berbahan minyak bumi yang merupakan sumber daya alam terbarukan.
 Akibatnya, plastik tidak mudah terurai secara alami.
Tentu saja,
 itu akhirnya menimbulkan pencemaran lingkungan. Berangkat dari
 keprihatinan itulah lima mahaiswa Teknik Kimia UGM, yaitu Ivone
 Marselina Nugraha, Cesaria Riza Asyifa, Machlery Agung Pangestu, Palupi
 Hanggarani, dan Rifani Amanda membuat plastik yang mudah terurai secara
 alami.
Mereka memanfaatkan limbah sisik ikan sebagai bahan plastik biodegradable.
Bahan-bahan
 yang bisa digunakan membuat plastik biodegradabel adalah
 senyawa-senyawa yang terdapat pada tanaman seperti pati, selulosa,
 sedangkan pada hewan seperti, kitin, kasein, dan kitosan.
“Sisik
 ikan selama ini belum banyak dimanfaatkan dan hanya dibuang begitu saja.
 Padahal, dalam limbah sisik ikan terdapat kitin dan kitosan sehingga
 berpotensi untuk dibuat plastik,” jelas Ivone di Fakultas Teknik UGM
 Jum’at (19/2/2106).
Saat ini, kata Ivone, sebenarnya telah banyak
 dikembangkan plastik biodigredable dengan memanfaatkan bahan terbarukan
 yang berasal dari kitosan, udang, kepiting, serta pati singkong.
“Kami
 menggunakan kitosan dari sisik ikan gurami dan ikan kakap yang
 memungkinkan untuk digunakan sebagai plastik biodegradable dalam
 penelitian ini,” tuturnya dinukil dalam laman ugm.aci.id.
Sisik ikan gurami dan ikan kakap yang didapat dari sejumlah rumah makan di Jogja tersebut selanjutnya mereka teliti.
Limbah
 sisik kedua jenis ikan tersebut dibersihkan terlebih dahulu kemudian
 dijemur dan dilakukan pemisahan protein dari kitosan (deproteinasi).
 Setelah dilakukan deproteinasi lalu dilakukan demineralisaisi untuk
 memisahkan mineral dari sisik ikan sehingga diperoleh senyawa kitin.
Kitosan
 selanjutnya dilarutkan ke dalam larutan asam asetat dengan diberi
 tambahan gliserol. Setelah itu, dioven sehingga diperoleh plastik yang
 diinginkan.
“Hasil penelitian menunjukkan limbah sisik ikan
 kakap dan ikan gurami berpotensi untuk digunakan dalam pembuatan
 plastik,” terangnya.
Meskipun hasilnya menunjukkan kedua jenis
 sisik ikan itu berpotensi digunakan sebagai plastik biodegradable, k
 edepan masih perlu dilakukan serangkaian penelitian lanjutan.
Pasalnya,
 kitin dan kitosan dari hasil ekstraksi kedua jenis sisik ikan tersebut
 belum memenuhi standar kitin dan kitosan komersial sehingga plastik yang
 dihasilkan masih getas dan berwana keruh.
“Kandungan abu dalam
 kitin masih tinggi sehingga kedepan masih perlu penelitian lebih lanjut
 untuk mengurangi kadar abu dari kitin dan kitosan ekstrak sisik ikan 
 mendapatkan plastik dengan kualitas yang lebih baik,” imbuhnya. (ari)
 
 

 
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
 