Presiden Jokowi Harapkan JBMI Perkuat Toleransi di Indonesia

26 Maret 2017, 09:50 WIB

image 9

MANDAILING NATAL – Presiden Joko Widodo mengharapkan Jam’iyah Batak Muslim Indonesia (JBMI) mampu memperkuat sikap toleransi terhadap keberagaman dan perbedaan di Tanah Air. Hal itu ditegaskan Jokowi Usai meresmikan pembangunan asrama haji di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, Sabtu (25/3/17).

Presiden Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana beserta rombongan menghadiri Silaturahmi Nasional (Silatnas) Jam’iyah Batak Muslim Indonesia (JBMI) di Pondok Pesantren Musthafawiyah, Purba Baru.

Dalam sambutannya Presiden Jokowi menyampaikan, negara Indonesia memiliki keanekaragaman, dimana terdapat 714 suku dan 1.100 lebih bahasa lokal. Ia menilai, hal ini adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada Bangsa Indonesia.

“(Misalnya) suku, tidak ada yang sebesar Indonesia, macam-macam. Inilah kemajemukan yang harus dijaga bersama-sama agar bisa menjadi potensi besar,” tambah Presiden dinukil dari laman setkab.go.id.

Era sekarang ini, organisasi Islam seperti JBMI dapat menjadi sumber kekuatan Bangsa Indonesia dan dengan bersatu bisa mewujudkan pemerataan ekonomi. “Saya berharap JBMI mampu memperkuat toleransi terhadap perbedaan untuk Indonesia,” tegas Presiden Jokowi.

Dia juga berharap JBMI bisa memperkuat penerapan budaya Batak. Kepala Negara meyakini banyak budaya dan nilai-nilai luhur budaya Batak sejalan dengan nilai Islam Rahmatan Lil Alamin (pemberi rahmat bagi semua).

“Saya yakin budaya di sini tidak menyukai ujaran kebencian, tidak menyukai caci maki seperti yang sering kita lihat di media sosial, umpatan, fitnah, saling menjelekkan, saling mencela,” tutur mantan Wali Kota Solo dua periode itu.

Presiden mengapresiasi Pesantren Musthafawiyah, tempat dibesarkannya JBMI, yang tetap mempertahankan jati diri dan karakter di antara pengaruh modernitas dan kemajuan saat ini. Diantaranya dengan mengutamakan pengajar lulusan sendiri dan mempertahankan rumah-rumah khasnya.

“Ini adalah sebuah karakter, inilah sebuah identitas, inilah sebuah jati diri baik di tingkat daerah, di tingkat nasional yang harus terus kita angkat,” tukasnya. “Salah satu jawaban mengapa Pesantren Musthafawiyah itu bisa bertahan karena berkah dari ilmu yang telah diajarkan sejak dahulu,” terangnya. (des)

Artikel Lainnya

Terkini