BADUNG– Memonetum peringatan Hari Bumi menjadi spirit ajang tahunan Jimbaran Festival (JIMBAFEST) yang digelar 20-21 April 2018 oleh Yayasan Jimbaran Hijau.
Ajang yang sudah digelar keenam kalinya itu, dilaksanakan berturut-turut sejak digulirkan inisiatif community development. Tahun ini JIMBAFEST bekerjasama dengan 125 sekolah yang ada di Kuta Selatan dengan 264 peserta lomba setelah tahun lalu didukung 110 sekolah dengan 196 peserta.
Jika menilik awal kelahirannya didukung 3 sekolah kini semakin bertambah banyak sekolah yang terlibat. Selain mengajarkan konsep bercocok tanam dan perduli bumi, pihak Jimbaran Hijau juga melakukan kegiatan edukasi, art, culture and fun. Hal tersebut secara rutin diperlombakan pada saat perhelatan Jimbafest, sekaligus merayakan hari bumi.
Ketua Yayasan Jimbaran Hijau, Dedy Halim mengatakan. apa yang dilakukan itu sebagai bentuk kepedulian dan komitmen Jimbaran Hijau peduli lingkungan dan bumi.
“Tujuan perayaan Hari Bumi bersama-sama mengajak semua elemen masyarakat Bali khususnya Jimbaran agar semakin memahami pentingnya menjaga, memelihara dan melestarikan bumi yang selalu menjunjung tinggi Tri Hita Karana yang telah menjadi poros nilai kehidupan masyarakat Bali,” jelasnya saat konferensi pers di Jimbaran Hub Jumat 20/4/2018)
Pihaknya melibatkan siswa dari 125 sekolah TK, SD, dan SMP se-kecamatan Kutsel. Jimbafest kali ini tergolong special, karena juga ada lomba mural (mural battle) untuk anak SD, SMP dan SLB.
Tema mural battle tersebut mengangkat, tema terkait Green, Bali and the Future. Kenapa kita angkat juga lomba mural, karena kita merasa percaya diri terkait isu pemeliharaan lingkungan.
“Kita ingin mengangkat potensi yang dimiliki anak-anak, terutama dalam dunia lukis mural,” katanya.
Diangkatnya mural dalam Jimbafest, didasari saat pihaknya ikut menghadiri suatu lomba lukis anak-anak SD. Dimana acara tersebut sebenarnya adalah untuk memberikan dukungan kepada lembaga perlindungan anak bali dan anak kanker Bali.
Dalam sesi tanya jawab, Direktur Jimbaran Hijau, Putu Agung Prianta menyatakan kegembiraannya, sebab upaya untuk membuat Jimbaran menjadi hijau dan upaya mengedukasi masyarakat, akan pentingnya menjaga serta merawat lingkungan sudah mulai membuahkan hasil.
“Kami tengah fokus Jimbafest untuk mengarah ke art dan culture, tanpa meninggalkan unsur edukasi dan konsep green. Sebab Bali tidak lepas dari unsur seni dan budaya yang tentunya perlu dijaga yang perlu dilestarikan,” tandasnya.
Selain itu, lebih berorientasi untuk mengangkat suatu hal yang seolah masih terkesampingkan, padahal hal itu penting untuk diangkat. Hal itu penting agar generasi kita tidak lupa akan nilai seni, budaya dan alam.
Menurutnya, keselarasan antara lingkungan, sosial dan budaya ini adalah hal yang perlu dijaga dan dilestarikan, sehingga tercapai keseimbangan. Banyak ilmu dan seni di Bali yang begitu membanggakan, saya ingin ini tidak punah.
“Karena itulah kita angkat sekaligus untuk memotivasi, memasarkan dan melestarikannya,” katanya menegaskan.
Perwakilan UPT Disdikpora Kecamatan Kutsel, yang juga sebagai Widya Sabha Desa Adat Jimbaran Wayan Suci juga mendorong kalangan swasta, untuk bisa mengakomodir generasi muda untuk bisa memediasi pembelajaran langsung dengan praktek, seperti yang dilaksanakan pihak Jimbaran Hijau, seperti lomba mesatwa Bali serta lomba membaca sloka Bali.
“Terus terang di Kuta Selatan, ini pertama kalinya dilakukan pihak swasta yaitu Jimbaran Hijau. Jika semakin banyak pihak swasta yang ikut melestarikan hal ini dengan menggelar lomba, maka ini akan memacu minat dan semangat anak-anak kita untuk belajar,” ucap Suci.
Pada momen Jimbafest ini, diharapkan bisa menyampaikan pesan moral yang perlu ditanam kepada generasi muda tentang pentingnya menjaga alam dan kelestarian lingkungan, serta melestarikan seni dan budaya.
Hal tersebut sudah secara jelas tersirat dalam Sloka Reg Weda, tentang konsep ajaran Tri Hita Karana. Dengan pembacaan sloka tersebut, maka generasi musa diajarkan tentang implementasi ajaran tersebut yang behubungan juga dengan hukum sebab akibat.
Kata dia, lomba sloka ini semacam pendidikan moral, sebab generasi muda tidak cukup hanya berbekal kepintaran. Untuk menjadi bijak, maka implementasi ajaran agama dan kearifan lokal.
Lomba sloka dalam Jimbafest ke-3, hal tersebut sekaligus dipakai menjadi ajang eksebisi untuk mencari talenta muda yang berbakat membaca sloka. Pasalnya, pihak sekolah yang terlibat nantinya akan menunjuk para delegasi terbaiknya, untuk ikut berlomba.
Diketahui, tema tahun ini adalah “MENYAMA BRAYA” yang berarti “KITA ADALAH SATU”, dua kata tentang persaudaraan, gotong royong, dan saling bantu-membantu tanpa memandang perbedaan untuk bersama-sama menjaga kelestarian lingkungan. JIMBAFEST yang berkonsep GRACE-FUN (Green, Art, Culture, Education, and Fun) ini telah menjadi pilot project yang berhasil dan sekaligus menjadi trendsetter Gaya Hidup Hijau yang SEHAT dalam sebuah komunitas di daerah Jimbaran untuk akhirnya dapat ditularkan ke seluruh negeri.
Tujuan acara ini adalah merayakan Hari Bumi bersama siswa-siswa sekolah dan masyarakat sekitar untuk semakin memahami pentingnya menjaga, memelihara dan melestarikan bumi.
Menariknya. JIMBAFEST kali ini semakin mantap melangkah ke tahap selanjutnya setelah berhasil mengeksplorasi Gaya Hidup Hijau (Green), yaitu pengembangan SENI & BUDAYA (Art & Culture), dengan menghadirkan lomba LUKIS MURAL baik professional dibawah komando POPCON Inc. maupun tingkat sekolah SD-SMP-SLB dibawah bimbingan para dosen SEKOLAH TINGGI DESAIN-Bali dengan semangat pendidikan Inklusif untuk menggali bakat dan talenta seni anak-anak Jimbaran.
IMBAFEST kali ini juga sekaligus menjadi ajang Pop Culture berskala internasional di Bali yang spesial karena menjadi acara perdana dari serangkaian acara POPCON Inc. sehingga diharapkan dapat menjadi wahana bagi muralis-muralis Bali.
Sebelumnya POPCON Inc. bersama Jimbaran Hijau telah lebih dulu menjalin kerjasama di bulan Februari 2018 dengan mengadakan pameran karya para pelukis muda berbakat yang dikemas sebagai charity event untuk Yayasan Kasih Anak Kanker (YKAK) Bali dan didukung oleh Lembaga Perlindungan Anak Bali (LPAB).
Semua itu diharapkan dapat membuat para pengunjung yang datang dapat merasakan kemeriahan perayaan Hari Bumi di Jimbaran HUB.
Selain itu, ada Bazar JIMBAFEST, selain booth/stand makanan/minuman juga ada banyak stand komunitas yang diikuti misalnya oleh Alumni Fakultas Pertanian UNUD, Trash Hero Indonesia, Bali Pink Ribbon, Junior Chamber International, Rotary, Komunitas Drone, Komunitas Bring Your Tumbler, Rumah Singgah Satwa Bali, Arsitek Tanpa Nama (ATN), Mahasiswa Arsitektur Indonesia (MAI-Bali), Politkenik International Bali, dan 28 stand ekonomi kreatif lainnya.
Tidak lupa Garden Tour juga tetap diadakan seperti tahun-tahun sebelumnya. Garden Tour mengajak para partisipan (institusi, tamu undangan, sponsorship, dan peserta lomba) mengunjungi Jeha Farm yang memiliki kebun hortikultura, budidaya ikan lele, kumbung jamur dan produksi kompos.
Jimbaran Hijau tidak hanya terlibat dengan ratusan sekolah di daerah Jimbaran dengan menyediakan program-program pertanian ekstrakurikuler bagi para siswa di peternakan JH tetapi juga mendorong penduduk setempat mengumpulkan sampah dan sampah rumah tangga ke Jeha Fram yang akan didaur ulang secara organik sebagai bahan baku kompos guna memastikan komitmen pembangunan berkelanjutan.
Ajang didukung GBCI (Green Building Council Indonesia), sehingga banyak corporate members GBCI seperti PROPAN produsen cat ramah lingkungan, ataupun SPRINGHILLS sebagai developer Condotel yang mendapatkan sertifikat bangunan hijau EDGE dari International Finance Corporation (IFC-WorldBank) ikut serta berpartisipasi.
Banyak pula lembaga dan perusahaan yang mendukung acara ini seperti PT Jimbaran Hijau, Tiket.Com (Djarum Foundation) Saka Agung Abadi, Jimbaran Greenhill, Springhill, Propan, Trust Security, Ayana Residences, Royal Tulip, Jungle Play. (rhm)