Rizki Hamdani Berdayakan Perekonomian Santri Melalui Sektor Agribisnis di Jombang

26 Juni 2021, 11:18 WIB

Penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2020 Bidang Lingkungan Rizki
Hamdani (kanan) menjelaskan kisahnya dalam mengajak para santri belajar
mengolah lahan pertanian ramah lingkungan melalui Sistem Pertanian
Terpadu (Integrated Farming System)/Dok.Astra Indonesia

Jakarta – Salah penerima apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU)
Indonesia Awards 2020 bidang lingkungan adalah Rizki Hamdani yang mampu
melakukan perubahan kecil di lingkungan pesantren dengan menggarap sektor
agribisnis.

Di antara negara-negara yang ada di kawasan Asia Tenggara, Indonesia terbilang
sebagai negara yang unik karena bukan hanya menjadi negara maritim, tapi juga
merupakan negara agraris berdasarkan kondisi geografisnya.

Sebagai negara agraris, tentu Indonesia diberkati dengan lahan subur yang
sangat cocok untuk pertanian. Namun, minat generasi muda di sektor pertanian
tidak setinggi di bidang-bidang lain yang saat ini banyak diminati.

Seorang pemuda asal Jombang, Jawa Timur, tergerak untuk berkontribusi di
bidang pertanian.

Dia adalah Rizki Hamdani, penerima apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk
(SATU) Indonesia Awards 2020 bidang lingkungan yang berani melakukan perubahan
kecil di lingkungan sekitarnya, tetapi memberi perbedaan.

Melalui Inspiranation with 12th SATU Indonesia Awards 2021 bertema “Ayo Peduli
Masa Depan Bumi” yang diadakan secara virtual oleh Astra berkolaborasi dengan
Young On Top pada ini (25/6), Rizki hadir sebagai pembicara bersama narasumber
lainnya seperti public figure dan founder Seasoldier Nadine Chandrawinata
serta Plt. Direktur Utama PT Tempo Inti Media Tbk Arif Zulkifli yang juga
merupakan juri 12th SATU Indonesia Awards 2021 serta Iyas Lawrence sebagai
host.

Diskusi antarpembicara yang membahas tentang isu lingkungan dari berbagai
sudut pandang terlihat menarik sepanjang acara berlangsung.

“Kita sebagai manusia mempunyai tugas untuk menjaga bumi ini. Karena kita yang
menikmati bumi ini, kita juga harus bisa menjadi penyelamatnya. Oleh karena
itu, perlu diingat bahwa kewajiban manusia adalah menjaganya,” tutur Nadine.

Dia berkomitmen untuk memberikan aksi nyata dalam menyebarkan virus ramah
lingkungan melalui sebuah yayasan dan gerakan bernama SeaSoldier.

Senada Nadine yang peduli akan keberlanjutan lingkungan, Rizki menggagas
Kelompok Santri Tani Milenial yang menerapkan pengelolaan lahan pertanian
ramah lingkungan melalui Sistem Pertanian Terpadu (Integrated Farming System)
dengan melibatkan santri-santri muda di Jombang, Jawa Timur.

Sistem pertanian dengan prinsip zero waste tersebut mampu mengubah limbah
pertanian menjadi pakan ternak, bahan baku pestisida, hingga pupuk organik.

Melihat kontribusi nyata dari dua pembicara tersebut, Arif Zulkifli percaya
bahwa di luar sana masih terdapat banyak generasi muda yang peduli akan masa
depan lingkungan hidup.

“Apa yang disampaikan Nadine dan Rizki tadi menurut saya luar biasa karena di
tengah kondisi saat ini, ternyata masih ada orang-orang yang memiliki
kepedulian begitu besar terhadap lingkungan ini dan kita membutuhkan lebih
banyak lagi orang-rang seperti itu,” ungkap Arif.

Peningkatan Kualitas Hidup Santri Tani

Kelompok Santri Tani Milenial adalah kelompok wirausaha sosial yang
dikembangkan oleh Rizki Hamdani untuk memberdayakan perekonomian santri secara
mandiri di sejumlah pondok pesantren di Jombang melalui sektor agribisnis.

Melalui wadah tersebut, Rizki ingin meyakinkan generasi muda bahwa dunia
pertanian dan peternakan bisa menjadi alternatif pekerjaan pada masa depan
yang dapat memberikan penghasilan yang baik.

Sejumlah cara dilakukan Rizki untuk menarik minat para santri agar terlibat
dalam program ini, salah satunya dengan mengajak mereka untuk melakukan
simulasi beternak atau bertani.

Para santri yang berminat akan diminta untuk membuat program dan
mempresentasikannya kepada pengasuh pondok pesantren. Setelah usulannya
dianggap layak, pengasuh pondok pesantren akan memberi modal untuk budidaya.

“Kemudian, santri itu bisa mulai membeli semua kebutuhan ternak atau taninya
sendiri,” ujarnya.

Saat panen tiba, santri akan diminta berbagi keuntungan untuk infak, badan
usaha pesantren, dan investor. Keuntungan selebihnya bisa disimpan oleh para
santri untuk tabungan. Jika rugi, santri tak diminta sepeser pun untuk
mengembalikan modal.

Rizki menilai strategi ini bisa menarik minat para santri untuk mencoba
menjadi wirausaha dan menekuni pertanian dan peternakan.

Guna mendapatkan penghasilan yang lebih besar, Rizki juga memutus mata rantai
distribusi perdagangan yang terlalu panjang. Sebagai contoh, apabila
sebelumnya para santri perlu menjual hasil panen ke pengepul, sekarang mereka
bisa langsung menjualnya ke rumah pemotongan.

Dari hasil kerja kerasnya tersebut, sudah lebih dari 40 kelompok santri tani
yang masing-masing beranggotakan 20 orang berhasil mencapai peningkatan
pendapatan dengan omzet ratusan juta rupiah perbulan hingga Agustus tahun
lalu.

Dia berharap, program Kelompok Santri Tani Milenial bisa terus berjalan di
sejumlah pesantren dan bisa menjangkau lebih banyak lagi santri yang terampil
dalam bidang pertanian, peternakan, dan perikanan. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini