Oleh: Heru B Wasesa
Hangatnya diskusi revitaslisasi Teluk Benoa patut dihargai sebagai bentuk perhatian masyarakat Bali untuk kemajuan daerahnya. Saya yakin, semua pihak, baik yang sudah memahami dasar dan tujuannya, maupun yang berseberangan pendapat, memiliki niat yang sama demi kemajuan Bali.
Setiap langkah menuju perubahan memang selalu diikuti dengan perbedaan pendapat, dan hal itu manusiawi, dan begitulah seharusnya demokrasi berjalan.
Akan tetapi jika perbedaan itu terus dilihat sebagai sebuah masalah, maka tujuan bersama yang seharusnya sama–demi kemaslahatan dan kesejahteraan rakyat Bali, bisa jadi malah menemui jalan buntu dan merugikan kita semua, karena akan menghabiskan waktu dan tenaga untuk hal yang sia-sia.
Oleh karena itu, patut rasanya, saya mewakili pihak yang berencana untuk melaksanakan rencana revitalisasi itu urun pendapat, setidaknya untuk mengurangi kesimpang-siuran dan kemungkinan adanya miss-informasi juga miss-persepsi yang bisa menyesatkan.
Bukan Hal Baru
Wacana Revitalisasi Teluk Benoa sesungguhnya bukanlah hal baru. Jauh sebelum PT Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI) mengajukan diri untuk menjadi pelaksana rencana tersebut, sudah ada beberapa pihak swasta yanh ingin melakukan hal tersebut dan sudah mendapat persetujuan dari bandesa-bandesa yang ada di sekitar wilayah Teluk Benoa.
Hal ini dilandasi atas keprihatinan dengan situasi yang terjadi di sekitar Teluk Benoa, maka pada dasarnya, PT TWBI hanyalah mengambil peran sebagai pihak yang berniat baik (goodwill) untuk mewujudkan rencana tersebut.
Berbagai aspek yang berkaitan dengan rencana ini sudah kami uji dengan hati-hati, baik itu aspek lingkungan, sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya. Kami tidak akan melangkah sebelum semua tahapan itu dilalui.
Kami bersungguh-sungguh memperhatikan aspek-aspek tersebut dimulai dari sebelum, saat pelaksanaan, dan kelak setelah rencana ini benar-benar berhasil diwujudkan.
Dari aspek lingkungan, komitmen PT TWBI dan perusahaan lain yang bernaung dalam payung yang sama sudah sangat jelas. Aspek ini adalah aspek yang paling pertama diperhatikan.
Kami memahami betul status Taman Hutan Rakyat (Tahura) Ngurah Rai yang ada di Teluk Benoa. Bahkan sebelum rencana ini dilaksanakan pun, upaya-upaya pelestarian lingkungan terutama tanaman mangrove di Tahura Ngurah Rai sudah banyak dilakukan, seperti upaya pembersihan sampah yang mengganggu kelestarian hutan mangrove, hingga penanaman kembali bibit mangrove pada lahan-lahan yang dipandang perlu.
Kelak, jika rencana ini sudah berhasil diwujudkan, perhatian pada hutan mangrove dan ekosistem di sekitarnya tetap menjadi perhatian utama dengan berbagai upaya pemeliharaan dan pelestarian, misalnya saja dengan pembuatan dan rehabilitasi alur laut yang akan mengurangi tingkat pendangkalan di Teluk Benoa, yang otomatis akan ikut memelihara kelestarian ekosistem mangrove yang ada, termasuk ekosistem laut yang pernah ada sebelumnya di Teluk Benoa.
Dari aspek sosial, tidak sedikitpun terbersit di pikiran kami untuk memarjinalkan masyarakat di sekitar Teluk Benoa dan masyarakat Bali pada umumnya. Sebaliknya, masyarakat di sekitar Teluk Benoa itulah mitra kami sesungguhnya.
Merekalah inspirasi kami ketika melangkah dengan rencana ini. Merekalah pihak pertama yang kami dengar aspirasinya, keluh kesahnya, dan juga harapan-harapannya. Kami tergerak untuk membantu menyediakan lapangan kerja bagi mereka, baik yang terkait langsung maupun tidak langsung. Bersama merekalah kami ingin mewujudkan harapan-harapan itu, harapan akan kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Dari aspek ekonomi, komitmen kami terhadap segala usaha yang ada di sekitar sangat jelas. Rencana yang akan kami laksanakan, bukan bertujuan untuk mematikan usaha-usaha yang telah ada itu. Sebaliknya, apa yang kami rencanakan itu justru akan meningkatkan usaha-usaha rakyat, dari berbagai skala dan bidang.
Dengan adanya kawasan wisata baru nantinya, kedatangan wisatawan akan ikut mengembangkan usaha-usaha tersebut. Bukan itu saja, kami juga akan ikut membantu penyediaan fasilitas-fasilitas usaha jika nantinya diperlukan.
Terlaksananya rencana ini, akan menjadi sebuah simbiosis mutualisme yang akan saling menguntungkan bagi semua pihak, kami, masyarakat sekitar, dan juga pemerintah daerah Bali.
Filosofi Tri Hita Karana
Dan aspek lainnya tak tak kalah penting yang menjadi perhatian kami adalah aspek budaya, khususnya budaya Bali. Kami memahami betul filosofi Tri Hita Karana yang dianut oleh masyarakat Bali. Oleh karena itu, filosofi inilah yang juga kami jadikan dasar filosofi dalam pelaksanaan rencana ini nantinya.
Hubungan manusia dengan manusia, seperti sudah dijelaskan sebelumnya, diwujudkan dengan pelibatan masyarakat sekitar dalam pelaksanaan rencana ini, dimulai dari awal, hingga nanti ketika sudah terwujud. Hubungan manusia dengan alam, seperti sudah dijelaskan pula sebelumnya, diwujudkan dengan perhatian sungguh-sungguh terhadap kelestarian lingkungan di sekitar Teluk Benoa.
Dan hubungan manusia dengan Tuhan, juga menjadi perhatian kami. Sebagai perwujudannya, kelak, di salah satu lokasi hasil revitalisasi, salah satu pulau akan disediakan secara khusus untuk pendirian tempat ibadah (pura) untuk kegiatan keagamaan masyarakat dan juga wisatawan yang akan beribadah.
Keseriusan kami untuk menerapkan filosofi Tri Hita Karana dalam pelaksanaan rencana revitalisasi Teluk Benoa ini, sudah kami wujudkan dengan bekerja sama dan menjalin nota kesepahaman dengan Yayasan Tri Hita Karana baru-baru ini. Yayasan independen inilah yang akan membantu, membimbing, dan juga meninjau ulang (review) langkah-langkah kami dalam pelaksanaan filosofi agung masyarakat Bali ini.
Inilah terobosan besar kami, menjadi yang pertama di Bali melaksanakan sebuah rencana besar dengan melibatkan masyarakat adat. Kami tak akan segan untuk mendapatkan kritik, saran, dan juga perbaikan jika apa yang kami lakukan nantinya tidak sesuai dengan filosofi tersebut.
Sekali lagi, rencana mulia ini tidak lepas dari dukungan dari berbagai pihak (dengan berbagai bentuk dukungan), yang pada akhirnya akan kami kembalikan kepada masyarakat di sekitar Teluk Benoa dan masyarakat Bali pada umumnya.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, jika Sang Hyang Widi Wasa menghendaki ini terjadi, maka kami membuka tangan yang selebar-lebarnya bagi segala arahan, masukan, saran yang terbaik untuk terlaksananya rencana ini.
Semoga apa yang kami rencanakan akan terlaksana dengan baik dan membawa manfaat bagi kita semua, demi terwujudnya kesejahteraan bersama masyarakat Bali, dan juga memberikan sumbangsih bagi pembangunan bangsa dan negara tercinta kita, Indonesia. Suksma! (kto)