Sanur Village Festival 2016 Suarakan Tema Tat Wam Asi

18 April 2016, 16:07 WIB

Kabarnusa.com – Ajaran etika dan moral dalam agama Hindu yang berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya “aku adalah engkau, engkau adalah aku” diangkat sebagai tema dalam Sanur Village Festival (SVF) 2016

Ajang SVF, Menjadi kegiatan komunal yang memberikan kemanfaatan nyata bagi warga dan sejumlah komunitas desa pesisir ini dan sekitarnya.

Spirit kreativitas, motivasi, dan inovasi ala Sanur ini bakal terus dikembangkan untuk mewujudkan tatanan sosial dan budaya yang berkesejahteraan dan berkedamaian.

Perjalanan 10 tahun SVF telah mewujudkan ciri khas warga desa yang dengan penuh rasa kekeluargaan, gotong royong (ngayah),metetulung, menjaga lingkungan dan mewujudkan kenyamanan dalam suatu komunitas yang membanggakan.

Berdasarkan pengalaman sepuluh tahun merayakan totalitas warga Sanur mengekspresikan diri melalui festival, tema “Tat Twam Asi” untuk SVF XI yang akan digelar 24-28 Agustus 2016.

Tema ini merupakan  salah satu ajaran etika dan moral dalam agama Hindu yang berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya “aku adalah engkau, engkau adalah aku”.

Filosofi universal ini mengajarkan empati yang sangat tinggi menyetarakan seluruh insane dalam suatu tataran.

Masing-masing individu dituntut merasakan apa yang dirasakan orang lain juga kita rasakan. Begitu pula sebaliknya.

“Ketika kita menyakiti orang lain, maka diri kita pulalah yang tersakiti. Ketika kita mencela orang lain, maka kita pun tercela.

Untuk mengimplementasikannya, para pendahulu telah memberikan teladan hidup yang kini masih banyak dijadikan pedoman warga.

“Tat Twam Asi” dalam tingkat pengejawantahan dalam perikehidupan sehari-hari di antaranya melalui asas suka duka (dalam kegembiraan dan kesedihan dirasakan bersama-sama).

Juga; paras paros (orang lain merupakan bagian dari diri sendiri dan diri sendiri adalah bagian dari orang lain); salunglung sabayantaka (baik buru, mati hidup ditanggung bersama); asih, asah, asuh (saling menyayang, saling memberi dan mengoreksi, serta saling tolong menolong antarsesama makhluk hidup).

“Spirit inilah yang ingin digemakan sehingga seluruh lapisan warga dapat mewujudkan rasa saling memiliki, menghargai, dan menjaga,” kata Kathryn – Communicare PR SVF dalam rilisnya Senin (18/4/2106).

Seperti halnya suasana desa ideal yang bersih, lestari, warganya hidup rukun, tenang, dan nyaman. Suasana ini tentuakan mendorong terciptanya kerja bernas yang melahirkan inovasi dan kreativitas tanpa henti.

Tema yang diangkat SVF kali ini ingin merangkum 10 festival terkahir dengan konklusi “Tat Twam Asi” yang diharapkan menumbuhkan empati, solidaritas, dan kesejajaran baik dalam menjalankan aktivitas dalam ruang lingkup kecil (pribadi dan keluarga).

Selain itu lingkungan sosial yang luas sebagai warga desa, kota, provinsi, maupun megara.

Tentu pelaksanaan kali ini tetap berpegang pada potensi alam dan budaya yang ada, seperti tujuan utama festival sebagai respons atas peristiwa bom pada 2005 silam.

Ketika itu Yayasan Pembangunan Sanur menggagas kegiatan untuk menghidupkan kembali serta mengangkat citra pariwisata Bali, dan Sanur khususnya, untuk bangkit dari keterpurukan.

Festival yang dihelat secara profesional sejak 2006 itu dirancang bukan sekadar promosi pariwisata yang berdampak terhadap terdorongnya perekonomian setempat.

Juga menjadi ajang pengayaan keberagaman seni dan budaya, memperluasn ruang kreatif, sekaligus perayaan kehidupan masyarakat Sanur dengan segala keramahtamahan dan keterbukaannya.

Dedikasi yang berawal dari tanggap darurat pascabom itu kini kian memposisikan Sanur yang memiliki daya saing di industri pariwisata. (kto)

Berita Lainnya

Terkini