Bali Kandarupa 2021 merupakan pameran kolosal pertama dalam sejarah Pesta Kesenian Bali yang menghadirkan karya terbaik seni rupa klasik-tradisi |
Denpasar – Dalam menyemarakkan Pesta Kesenian Bali XLIII Tahun 2021
sebanyak 113 seniman menampilkan karya seni rupa berupa lukisan, patung, dan
topeng dalam perhelatan Bali Kandarupa (Imaji, Memori, dan Tradisi).
Pameran ini melibat seniman-seniman lintas generasi, diantaranya I Gede Feby
Widi Cahyadi (23) hingga I Wayan Pendet (81) dan I Wayan Pasti (81).
“Mulai tahun ini Pesta Kesenian Bali menghadirkan Bali Kandarupa yang
memberikan ruang seluas-luasnya bagi apresiasi karya seniman yang menekuni
seni rupa klasik dan tradisi,” ungkap Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I
Gede Arya Sugiartha dalam keterangannya, Senin (7/6/2021).
Diketahui, Bali Kandarupa 2021 merupakan pameran kolosal pertama dalam sejarah
Pesta Kesenian Bali yang menghadirkan karya terbaik seni rupa klasik-tradisi
berikut capaian turunannya.
Pameran Bali Kandarupa rencanya dibuka Gubernur Bali Wayan Koster di Museum
Puri Lukisan, Kamis 10 Juni 2021 secara daring melalui kanal youtube DISBUD
PROV BALI. Pameran bakal berlangsung hingga 10 Juli 2021.
Tiga lokasi pameran yakni Museum Puri Lukisan Ubud yang menggelar karya
lukisan, kemudian di Museum Arma Ubud menampilkna lukisan dan patung,
sedangkan di Gedung Kriya Taman Budaya Bali (Art Center) khusus menyajikan
seni topeng.
Tema besar Pesta Kesenian bali XLIII Tahun 2021: Purna Jiwa: Prananing Wana
Kerthi (Jiwa Paripurna Nafas Pohon Kehidupan)”, sehingga pameran Bali
Kandarupa mengusung tajuk “Wana Jnana” dengan sub bahasan Wanda, Rimba, dan
Spiritualitas.
Wana Jnana merujuk pengertian ‘hutan ciptaan’ kreasi kebijaksanaan luhur
insani, sekaligus cerminan pendakian spiritualitas (lascarya). Para seniman
yang terlibat dalam pameran Bali Kandarupa ini berasal dari berbagai daerah di
Bali, merangkum beragam gaya atau stilistik klasik dan tradisi Bali.
Diantaranya Kamasan, Batuan, Ubud, Padangtegal, Pengosekan, Keliki,
Nagasepaha, Bangli, Badung, Tabanan, Denpasar, Mas, Nyuh Kuning,
Teges-Peliatan, Kerambitan, Buleleng, Tegalinggah, dan sebagainya.
Dijelaskan, terdapat dua agenda besar tahunan yakni, pertama, Pesta Kesenian
Bali yang merupakan ajang penggalian, pelestarian, dan pengembangan
nilai-nilai seni tradisi Bali yang digelar sejak 1979.
Kedua, Festival Seni Bali Jani yang pertama kali diselenggarakan pada 2019,
sebagai tonggak kebangkitan seni modern dan kontemporer.
Dalam penyelenggaraan Pesta Kesenian Bali selama ini telah terdapat pameran
seni rupa, tetapi mulai 2021 diperkuat dengan Bali Kandarupa yang lebih besar
dari sebelumnya.
Sedangkan dalam Festival Seni Bali Jani yang dilaksanakan pertama kali pada
2019 terdapat pameran seni rupa modern-kontemporer Bali Megarupa.
Kedua perhelatan yang menampilkan seni klasik-tradisi dan modern-kontemporer
tersebut termaktub dalam ketetapan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4
Tahun 2021 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali yang meliputi adat,
agama, tradisi, seni, dan budaya.
Upaya tersebut sejalan pula dengan dengan visi Gubernur Bali Wayan Koster dan
Wakil Gubernur Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati: “Nangun Sat Kerthi Loka
Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana, Menuju Bali Era Baru”.
Kurator pameran Wayan Kun Adnyana, I Ketut Muka dan Warih Wisatsana sepakat
merumuskan tema pameran yang merupakan sebuah frame atau batasan.
Dunia penciptaan, termasuk seni rupa, justru diharapkan memicu keleluasaan
kreativitas di mana kebebasan berimajinasi (kreasi) dimungkinkan; frame
disikapi sebagai peluang menghadirkan karya yang kaya akan makna sekaligus
padu dalam komposisi; lapis garis, bauran warna, dan pilihan kosa rupa
terjalin utuh secara keseluruhan tersebab adanya benang merah tematik
tersebut.
Pada Bali Kandarupa 2021; para seniman yang berpartisipasi terbukti tidak
hanya mengolah stilistik hingga meraih estetik yang otentik melainkan juga
gigih mengeksplorasi ragam tematik guna menemu ekspresi penciptaan yang
mempribadi.
Tajuk “Wana Jnana” merujuk pengertian ‘hutan ciptaan’ kreasi kebijaksanaan
luhur insani, sekaligus cerminan pendakian spiritualitas (lascarya).
Pada konteks pameran ini, ‘hutan ciptaan’ (rimba) divisualkan melalui berbagai
kemungkinan representasi: karya topeng (perwujudan satwa rimba); patung
(objek/subjek hutan atau binatang); seni Lukis (flora-fauna dan/atau rimba
raya).
Adapun laku kreativitas para pelukis, pematung, dan pencipta topeng ini dapat
dimaknai sebagai upaya mempersembahkan kebajikan (wanda) sekaligus
merefleksikan penghayatan spiritualitas (lascarya); terbukti mengemuka pada
karya-karya yang diciptakan oleh para penekun seni tradisi.
Kandarupa menjadi perhelatan pertama di tahun ini sebagai wahana untuk
aktualisasi dan juga pembuktian dari keberlangsungan seni rupa klasik,
tradisi, berikut beragam turunan dari kreativitas terkininya.
Secara keseluruhan wahana Kandarupa akan menjadi sandingan dengan Bali
Megarupa yang hadir setiap tahun mengiringi perhelatan Festival Seni Bali
Jani,“ ungkap Wayan Kun Adnyana.
Bali Kandarupa ini didedikasikan sebagai ruang apresiasi keberadaan seni rupa
klasik maupun tradisional di Bali yang kian tumbuh dinamis dengan kreativitas
baru yang tetap berakar pada memori kultural agraris, imaji klasik, dan
warisan teknik tradisi mumpuni.
Karya perupa Bali tradisi tersebut, bahkan hingga belakangan ini, kerap
berangkat dari wiracerita Mahabaratha dan Ramayana, Sudamala, juga Tantri yang
sarat berbagai kisah mitologi, guyub pula dengan kehidupan flaura dan fauna
belantara.
Memaknai perhelatan kolosal Bali Kandarupa tematik ini dieksplorasi lebih
mendalam di mana ‘hutan ciptaan’ tidak semata sebagai latar kisahan melainkan
mewarnai cerita utama. (rhm)