Kabarnusa.com – Bunga kamboja (jepun) sempat menjadi primadona bagi masyarakat Bali di pedesaan, terutama bagi ibu-ibu rumah tangga.
Karena selain tanamannya yang indah daan cocok untuk menghiyas taman, bunganya juga mendatangkan rejeki untuk menambah penghasilan keluarga.
Banyak ibu-ibu pedesaan, mengantungkan penghasilan dari menjual bunga kamboja yang tidak pernah berhenti berbunga, meskipun pada musim kering maupun pada musim penghujan. Terutama kamboja jenis cendana.
Bahkan awalnya bunga kamboja kering terjual hingga Rp 130 ribu per kilo.
Harga ini bahkan melampoi harga cengkeh saat itu. Bahkan harga mahal ini sepat bertahan hingga enam bulan. Namun kemudian berangsur turun tiap bulannya.
“Dulu saya tidak perlu cari pekerjaan lain. Cukup mengumpulkan buka kamboja yang jatuh dari pohonnya saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Nabung juga bisa,” ujar Ayu Ketut Muliyawati, salah warga Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Bali, Kamis (12/11/2015).
Dengan 35 pohon kamboja jenis cendana yang tumbuh di halaman rumahnya, per hari Muliyawati mengaku bisa mengumpulkan 2 kg bunga kamboja kering.
“Bayangkan kalau setiap hari saya bisa menjual bunga kamboja kering 2 kg, berarti penghasilan saya per-hari Rp 260 ribu. Makanya setiap ada kesempatan saya selalu tanam kamboja di pekarangan rumah,” tuturnya yang dibenarkan oleh ibu-ibu yang lainnya.
Sayangnya, menurut Muliyawati harga mahal itu hanya bertahan hingga enam bulan. Setelah itu harganya terus turun hingga saat ini harga bunga kamboja kering hanya Rp 8000 per kilonya.
Saat harganya di atas seratus ribu per kilo, dia sampai bisa buat angkul-angkul rumah. Sekarang harganya, sangat murah untuk keperluan dapur saja, dia mengaku tidak cukup.
Dia mengaku tetap mengumpulkan bunga kamboja yang jatuh dari pohonnya untuk dikumpulkan dan nantinya setelah mencapai 10 kg baru dijual kepada pengepul.
“Sekarang saya harus mencari pekerjaan sampingan karena kalau mengandalkan dari menjual bunga kamboja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” tutupnya. dar)