![]() |
ilustrasi |
BADUNG– Kabupaten Badung menganggarkan cukup besar hingga Rp 2 Miliar untuk penanaman sayuran mulai cabai, bawang dan nanas di atas tanah 67 hektar.
“Program tersebut untuk memenuhi kebutuhan pasar di bumi keris Badung, serta pengisian Cold Atmosphere Storage (CAS),” jelas Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, I Gusti Nyoman Esenhawer Senin (9/4/201).
Ia menyatakan, program tersebut berdasarkan ide Bupati Badung, I Nyoman Giri Prasta. Anggaran tersebut meliputi semua sarana, kecuali tenaga kerja untuk membuat bedengan, dan menanam. “Ini sarana, mulai dari bibit, pupuk, pestisida, mulsa, termasuk pupuk kandang.
“Berdasarkan PIP (Pekan Informasi Pembangunan), Bapak Bupati memiliki ide untuk membantu petani, khususnya cabai dan bawang. Sebab dua komoditi ini yang sangat fluktuatif harganya di saat panen. Terkadang harganya turun jauh dan terkadang pula meroket tinggi.
Dengan demikian, saat harga rendah membantu petani. Saat harga tinggi membantu masyarakat luas.
Guna mendukung program itu, Dinas Pertanian telah membidik sejumlah petani yang diajak bekerjasama, berikut lahannya, yang disebut Calon Petani Calon Lokasi (CP/CL).
Mengacu data, 60 hektare cabai terdiri dari 50 hektare cabai rawit dan 10 hektare cabai besar. Adapun sasarannya, yakni 17 CP/CL di Kecamatan Mengwi, 11 CP/CL di Kecamatan Abiansemal, dan 9 CP/CL di Kecamatan Petang. Selanjutnya bawang lima hektare, dengan lima CP/CL di Kecamatan Mengwi dan dua CP/CL di Kecamatan Abiansemal. Sedangkan nanas madu dua hektare, dengan tiga CP/CL di Kecamatan Petang.
Program itu tengah memasuki tender. Berdasarkan perkiraan, Mei depan sudah mulai pengolahan tanah, pembenihan, lanjut penanaman. Sekitar empat bulan berikutnya, cabai bisa dipanen. Sedangkan bawang sekitar dua bulan. Berbeda dengan bawang yang sekali panen, cabai sekitar 21 kali panen dengan masa sekitar dua bulan.
Kasi Pengembangan Tanaman Pangan dan Hortikultura I Made Sumerta menambahkan, pihaknya sudah melakukan penelusuran CP/CL yang akan diajak bekerja sama guna pengembangan tanaman tersebut.
“Untuk petani, sebelum ada kegiatan, kami menyampaikan. Petani mau ndak menanam? Karena dua komoditas ini (padai dan bawang) memerlukan lahan dan pengelolaan khusus. Tidak seperti padi. Kalau padi, selesai menanam, boleh ditinggal sementara. Tapi ini khusus, petani cabai atau bawang. karena risiko tinggi. Calon Petani petani sudah membuat surat pernyataan, dalam arti dia mau menanam,” terangnya.
Program tersebut guna mengatasi lonjakan harga. “Biasanya yang banyak menanam cabai Maret atau April. Juni-Juli, biasanya panen besar. Nah, yang hasil Agustus-September nanti mungkin kita simpan (di CAS, Red) untuk persediaan berikutnya,” imbuhnya. (rhm)