Tanam Mangrove, Masyarakat Hijaukan Teluk Benoa

14 Desember 2014, 16:06 WIB
Massa tanam pohon Mangrove di Teluk Benoa @2014

BADUNG – Ribuan massa dari berbagai elemen masyarakat menggelar aksi parade budaya dan penanaman pohon mangrove di sekitar Teluk Benoa Kabupaten Badung, Bali untuk mengembalikan fungsi hutan mangrove di kawasan itu.

Koordinator Lapangan aksi Parade Budaya dan Tanam Mangrove untuk Revitalisasi Teluk Benoa, Kadek I Gusti Ngurah Agung Eka Darmadi mengakui, masih ada pro kontra terkait rencana revitalisasi kawasan itu. Banyak yang belum memahami, lewat revitalisasi itu nantinya akan menjaga keberadaan hutan mangrove, menunjang pembangunan pariwisata kerakyatan dan berkelanjutan.

“Lewat parade budaya dan tanam mangrove ini, untuk mengakomodir dukungan masyarakat Bali untuk revitalisasi Teluk Benoa,” tandasnya didampingi Wakil Ketua Kadek Agus Eka Nata di sela aksi, Minggu (14/12/2014).

Aksi massa dilakukan spontanitas sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap kondisi Teluk Benoa, utamanya di Telaga Waja, Tenggulung, Tanjung Benoa, Kuta Selatan, yang kondisi hutan mangrove tergerus oleh abrasi dan pencemaran sampah.

Kata dia, apa yang dilakukan masyarakat itu, memiliki makna dimensi hijau untuk masa depan Bali. Revitalisasi itu, untuk melestarikan kawasan Teluk Benoa seluas 1400 hektar. Masyarakat perlu mengetahui batas-batasan mana wilayah yang bisa dimanfaatkan dan mana yang tidak boleh karena merupakan kawasan konservasi seperti Taman Hutan Rakyat (Tahura).

Belum lagi, sejak dua tahun lalu berbagai upaya telah dilakukan untuk membersihkan kawasan itu dari berbagai sampah dan sedimentasi yang mengancam tumbuhnya hutan mangrove. Jadi, revitalisasi Teluk Benoa itu multidimensional, seperti pelestarian budaya, pelestarian mangrove. Ada sekitar empat jenis mangrove di kawasan itu yang akan dilestarikan.

Selain itu, juga dilakukan mormalisasi sirkulasi arus sampai Pelabuhan Benoa dan Pulau Serangan. “Nanti hanya 28,5 persen saja yang direklamasi secara teknis untuk pembangunan fisik baru nanti revitalisasi itu masuk pariwisata untuk menghidupkan kembali kejenuhan pariwisata Bali,” tandasnya.

Bahkan, diharapkan nanti kawasan yang telah direvitalisasi itu, akan menjadi “icon quality” pariwisata Bali. Dengan revitalisasi itu, maka akan kembali dihidupan ekosistem, biota di Teluk Benoa dan mereduksi semua bentuk pencemaran seperti sampah yang cukup merusak mengancam kelangsungan mangrove.

Dalam aksi itu, Forum Bersama Kita Satu Bali menyerahkan 2.000 pohon mangrove diterima Ketua Forum Peduli Mangrove Wayan Darmadi dan Tokoh Masyarakat Tanjung Benoa, untuk ditanam di wilayah perairan itu.

Ketut Sukada selaku Ketua Harian Forum Peduli Mangrove yang juga tokoh masyarakat Tanjung Benoa mengatakan, mangrove memiliki banyak fungsi seperti sebagai benteng terhadap ancaman bencana serta menjadi sumber oksigen yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia.

Karena itu, menjadi kewajiban semua pihak memelihara mangrove agar tetap bersih dan tumbuh dengan baik. Bagi kepentingan pariwisata tentunya keberadaan mangrove akan menunjang sektor pariwisata di mana lingkungan alam nan asri dan indah, tetap terjaga dengan baik.

Pihaknya mengapresiasi upaya untuk menyelamatkan hutan mangrove agar tetap lestari, tumbuh dengan baik di sekitar muara sungai dan sekitarnya. Pihaknya mendukung revitalisasi Teluk Benoa, karena diyakini akan memberikan manfaat seperti bisa mengembalikan fungsi kawasan utamanya hutan mangrove, sebagai filter terhadap kotoran dan lainnya.

Selain itu, meskipun dilakukan revitalisasi tetap akan memberikan jaminan adanya upaya konservasi kawasan mangrove. “Masyarakat tentunya mendukung revitalisasi, karena memberikan manfaat yang jelas bukan hanya untuk menjaga lingkungan namun juga dari kepentingan pelestarian budaya dan ekonomi,” tambahnya.

Aksi penanaman pohon, meskipun di bawah terik matahari berlangsung lancar dan mendapat sambutan positif masyarakat di Pulau Pudut dan sekitarnya. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini