Teliti Nyeri Radikuler, Agus Yunianto Raih Doktor di UGM

24 Maret 2016, 09:23 WIB

Kabarnusa.com – Lewat penelitian tentang Nyeri radikuler Koordinator SMF Bedah Saraf Departemeb Bedah RSPAD Gatot Soebroto Agus Yunianto SP,BS berhasil lulus program doktoral Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyarakarta.

Diketahui, nyeri radikulerpinggang bagian bawah merupakan salah satu penyakit yang banyak menyerang individu di usia produktif antara 20-60 tahun.

Meskipun nyeri radikulier tidak mengakibatkan kematian, akan tetapi serangan penyakit ini menyebabkan penurunan kualitas hidup dan produktivitas kerja.

Agus mengatakan Hernia Nukleus Pulposus Lumbalis (HNPL) salah satu penyakit nyeri pinggang bagian bawah yang juga sering menyerang manusia.

Penyakit ini terjadi akibat penonjolan diskus intervertebra lumbalis sehingga menekan akar saraf dan mengakibatkan nyeri menjalar.

“Nyeri radikuler akan sembuh dengan spontan atau dengan terapi,” terangnya, saat ujian terbuka program doktor di Fakultas Kedokteran UGM Rabu 23 Maret 2016.

Kata Agus, hanya sekitar 10 persen kasus nyeri radikuler yang memerlukan tindakan operasi.

Untuk terapi operatif pada HNPL saat ini masih terbatas untuk mengambil tonjolan nukleus sehingga tidak terjadi penekanan akar dan dilakukan dengan operasi terbuka.

“Meskipun sudah dilakukan operasi untuk mengambil tonjolan diksus dan membebaskan akar saraf, tetapi banyak pasien yang mengeluhkan rasa nyeri dalam 2 tahun follow up,” jelasnya dikutip laman ugm.ac.id.


Dia melakukan penelitian terhadap 33 pasien HNPL di RSPAD Gatot Soebroto, diketahui rasa nyeri pada pasien HNPL tidak dipengaruhi letak HNP-nya.

Disebutkan, Letak HNP baik secara sentral maupun lateral tidak memberikan perbedaan rasa nyeri yang signifikan.

Temuan lain memperlihatkan bahwa bentuk annulus fibrosus memengaruhi skor nyeri pada pasien HNPL.

“Annulus yang robek menyebabkan nyeri yang lebih berat dibandingkan bentuk annulus fibrosus yang utuh,” katanya.

Ia menyampaikan,semakin berat derajat nyeri pasien HNPL akan diikuti kenaikan mediator pro inflamasi IL-1β dan TNF-α.

Selain itu, terjadi penurunan kadar IL 1β dari sebelum dan setelah operasi dibandingkan dengan kadar TNF α. Hal ini terjadi terutama pada pasien dengan nyeri akut onset kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasien onset lebih dari 1 bulan.

“IL-β dapat dijadikan penanda severitas nyeri pada HNPL akut dan sebagai prediktor,” tutupnya. (ari)

Berita Lainnya

Terkini