![]() |
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti di Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahurrohman dan Ponpes Miftahul Amanah di Kota Banjar, Jawa Barat, Selasa 9 April 2019/humas kkp |
Banjar – Gaya bicara blak-blakan tak pernah lepas dari Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti seperti saat memotivasi ribuan santri di Kota Banjar, Jawa Barat, dirinya mengaku tidak tamat sekolah namun karena hobi membaca membuat pengetahuannya sangat luas.
Susi memberikan pesan-pesan kepada para santri saat Kampanye Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) dan Gerakan Masyarakat Sadar Mutu dan Karantina (Gemasatukata) di Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahurrohman dan Ponpes Miftahul Amanah di Kota Banjar, Jawa Barat, Selasa 9 April 2019.
Pesan khusus disampaikannya, agar para santri belajar dengan benar, tekun, dan jujur. Ia mengimbau agar para santri gemar membaca. Menteri Susi menjadikan dirinya sendiri sebagai contoh, meskipun tidak menamatkan sekolah, hobi membaca yang dimilikinya telah memperluas pengetahuannya.
Kepada masyarakat keseluruhan, Menteri Susi berpesan agar menjaga kejujuran dengan tidak melakukan hal-hal curang. Ia mengatakan, sudah saatnya aparatur bersih dan jauh dari korupsi serta bersikap santun.
“Meskipun Ibu (terlihat) galak tapi tetap santun. Karena kalau maling tidak perlu disantunin. Tenggelamkan weh,” tegasnya memancing tawa.
Pada bagian lain, Susi menyinggung soal pencemaran lingkungan utamanya perairan oleh sampah plastik. Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut.
Pasalnya Indonesia telah menyandang predikat sebagai negara kedua penyumbang sampah terbesar ke laut. “Sekarang Indonesia sudah jadi penyumbang sampah kedua terbesar di dunia. Malu tidak? Juara kok juara sampah,” kelakar Menteri Susi.
Untuk itu, dia memohon, sampah jangan buang ke saluran air atau selokan. Meskipun Banjar tidak punya laut, nanti sampah yang dibuang di saluran air akan sampai ke Sungai Citanduy.
“Dari Citanduy nanti akan dikirim ke Pangandaran. Akhirnya laut pangandaran penuh sampah plastik,” jelas Menteri Susi.
Jika seluruh masyarakat Indonesia tidak melakukan upaya pengurangan konsumsi plastik sekali pakai, diramalkan tahun 2030 nanti akan lebih banyak plastik daripada ikan di perairan Indonesia.
Menurut Menteri Susi, sudah saatnya masyarakat beralih dari penggunaan kresek ke ganepo atau tas kain, menghentikan penggunaan sedotan plastik atau beralih menggunakan sedotan stainless atau kertas.
“Plastik itu 400 tahun tidak akan hancur. Penduduk Banjar ada sekitar 202.000, rumah tangganya ada 67.000. Kalau satu rumah tangga pakai 5 kantong kresek dalam sehari, bayangkan betapa banyaknya sampah plastik yang dibuang. Itu baru sehari, bagaimana kalau sebulan bahkan setahun,” Menteri Susi menerangkan.
“Masa minum di gelas saja harus pakai sedotan. Minum kelapa pakai sedotan. Tinggal langsung minum saja. Tak usah takut kalau minum air kelapa langsung, nanti airnya belepotan ke mana-mana. Air kelapa itu bagus.
Justru kalau kena muka bisa jadi pelembab yang menyehatkan kulit. Jadi tidak perlu pakai toner,” tutur Menteri Susi yang disambut gelak tawa masyarakat yang hadir.
Setelah pemerintah berhasil mengusir para pencuri ikan dari laut Indonesia, sekarang Indonesia menjadi negara pemasok ikan tuna terbesar di dunia.
Angka ekspor produk perikanan Indonesia pun terus merangkak naik. Maka, sudah menjadi tanggung jawab seluruh warga Indonesia untuk ikut menjaga laut dengan menjaga kebersihan lingkungan.
“Sekarang Indonesia sudah jadi negara yang ditakuti dunia, terutama di laut. Semua negara pencuri ikan di dunia ngeri masuk Indonesia. Sekarang kita jaga kebersihan dan kesehatan laut biar ikannya banyak. Jangan buang sampah ke sungai dan ke kali,” tambahnya.
Untuk mengatasi kekeringan yang sering melanda Banjar di musim kemarau, Menteri Susi menyarankan agar masyarakat membuat tandon-tandon air sebagai sumur resapan.
Sumur resapan ini dibuat di rumah masing-masing sebagai cadangan air untuk menyiasati air di Banjar yang biasanya semuanya langsung masuk ke saluran irigasi.
Wali Kota Banjar Ade Uu Sukaesih mengatakan, Banjar memang tidak memiliki sumber daya alam yang mumpuni (tidak ada laut). Namun, segala keterbatasan yang ada harus bisa dimanfaatkan untuk menyejahterakan masyarakat. Salah satunya dengan menggiatkan kegiatan budidaya.
“Semua masyarakat hendaklah berpikir untuk kerja, kerja, kerja, hasilnya Allah yang menentukan,” kata Ade. Berkat upaya masyarakat tersebut, saat ini produksi budidaya ikan di Kota Banjar sudah mencapai 87 juta ekor per tahun.
“Ini adalah anugerah bagi kita semua. Kita punya lele, gurame, nila, mujair, bebeong, bebeong yang hanya ada di sungai Citanduy. Mudah-mudahan bisa mencukupi kebutuhan masyarakat kita sendiri,” harapnya. (rhm)