Wabup Suiasa Ingatkan Masalah Narkoba dan HIV Ancaman Pariwisata Badung

20 April 2018, 03:00 WIB

Suiasa

BADUNG–  Wakil Bupati Badung, Ketut Suiasa mengingatkan bahaya penyalahgunaan narkoba dan penyakit HIV Aids menjadi ancaman bagi pariwisata di Bali.

Sebagai kawasan pariwisata internasional, Badung tidak dipungkiri sangatlah rawan terimbas dampak negatif perkembangan pariwisata. Narkoba dan HIV Aids adalah dua ancaman yang sangat serius dan saling terkait, serta ranahnya sudah merasuk ke segala sektor maupun komunitas.

“Ini merupakan tantangan sekaligus ancaman serius yang menjadi penyakit di kabupaten Badung. Dua tahun belakangan ini kita terus atensi ini,”ujar Suiasa saat menjadi narasumber Rapat Kerja dalam rangka sinergi program Pemberdayaan Alternatif pada kawasan rawan dan Rentan narkoba Provinsi Bali di Hotel Aston Kuta, Kamis (19/4/2018).

Kasus tersebut rentan terjadi di daerah pariwisata, yang memiliki dinamika sosial yang kompleks dan heterogen, seperti Kuta.

Hanya saja, belakangan ini, permasalahan narkoba justru relatif banyak ditemukan di kawasan pelosok pedesaan. Peredaran barang terlarang tersebut sulit diketahui dan sulit dideteksi adanya, namun hampir seluruh komunitas masyarakat bisa tersentuh penyakit tersebut.

“Masalah ini bisa dicegah, jika terbangun kesadaran kolektif masing-masing. Jika tidak, maka apapun yang kita lakukan akan percuma. Maka dari itu kita di Badung menjalankan Gerakan Semesta Terpadu dan Terintegrasi. Kesemestaan itu menjadi penting sebab gerakan itu tidak bisa dibangun oleh satu pihak semata,”paparnya.

Suiasa menegaskan komitmen pemerintah kabupaten Badung yang sangat tegas dan kuat, untuk mengatasi masalah penyakit masyarakat itu,

Dikatakan, perlunya integrasi penanganan tersebut diterapkan, untuk mencegah timbulnya ketimpang tindihan kebijakan, yang bisa menghambat efektifitas dan produktifitas pengentasan masalah tersebut.

Kesemestaan tersebut dilaksanakan dengan melakukan kegiatan antar lintas, antar sektor dan terintegrasi baik secara vertikal maupun horisontal.

“Konsepsi gerakan terintergrasi kesemestaan antar lintas dan sektor ini kami mulai dari sektor pendidikan. Kebijakan ini kami masukan ke sekolah-sekolah di Badung, yang dimasukkan ke dalam ekstra kurikuler dan intra kurikuler,”tuturnya.

Untuk kegiatan intrakurikuler, pihaknya telah bersurat kepada seluruh sekolah di Kabupaten Badung. Untuk menerapkan kurikulum terintegrasi, dalam hal penanganan dan pencegahan Narkoba dan HIV Aids.

Hal tersebut bisa disisipkan ke dalam salah satu mata pelajaran yang diberikan kepada anak didiknya atau bisa dijadikan sebagai suatu materi dalam muatan lokal yang diajarkan. Sedangkan untuk ekstrakurikuler, pihaknya mendorong terbentuknya Kelompok Siswa Peduli Aids dan Narkoba (KSPAN).

“Di Kabupaten Badung sendiri telah terbentuk sebanyak 20 KSPAN untuk SMP, 17 itu di SMP Negeri dan 3 SMP swasta. Sementara untuk SMA/SMK itu jumlahnya 15 KSPAN, yaitu 10 di SMA/SMK Negeri dan 5 SMA/SMK swasta,”ucapnya.

Pembentukan KSPAN sifatnya sistematis, masif dan terstsruktur, dalam melakukan kegiatan penanganan pencegahan Narkoba dan Aids.  (rhm)

Berita Lainnya

Terkini