DENPASAR – Selama dua hari Karya Kepausan Indonesia (KKI) Keuskupan Denpasar menggelar acara peringatan 175 tahun Serikat Karya Anak Remaja Misioner (SEKAMI) di Gereja Katolik Roh Kudus Denpasar Bali.
“Kegiatan ini untuk membina iman dan karakter anak-anak sehingga mereka sejak dini menghargai sesama dan sahabatnya walaupun dari suku, agama dan RAS yang berbeda,” ujar Ketua KKI Keuskupan Denpasar, RD Herman Yoseph Babey, Pr dalam keterangan resminya, Minggu (7/1/2018).
Ia menjelaskan, Keberadaan SEKAMI untuk pembinaan iman anak anak usia dini, dari 0-15 tahun, lewat pembinaan iman, dan mental. Mereka diajarkan bagaiman mengasihi orang lain khususnya para sahabat dengan 2D dan 2K yakni, Doa, Derma, Kurban dan Kesaksian.
Hal itulah yang dilakukan selama ini melalui para pembina. “Para pendamping kami siapkan, dan anak-anak ambil bagian dalalam berbagai kegiatan,” kata Romo Babey usai memimpin perayaan ekaristi.
Perayaaan Ekaristi dihadiri ratusan umat Katolik dari Denpasar dan sekitarnya. Seluruh tugas dan pelayanan ditanggung oleh anak-anak SEKAMI.
Dalam proses kegiatan SEKAMI selama ini, anak-anak juga diajarkan dan belajar menghargai orang lain. Banyak orang dewasa karena egoisme, kekayaan, jabatan dan status sosial dan juga karena keberadaan ekonomi yang kurang mampu, lalu tidak memberi pendampingan, sehingga anak-anak menjadi korban.
Karenanya, lewat SEKAMI, pihaknya mau berbagi dan menumbuh kembangkan mental anak-anak untuk menghargai sesamanya sejak kecil.
“Kami selalu memperhatikan pembinaan anak–anak terlantar melalui derma misioner yang kemudian diberikan kepada anak-anak yang kurang mampu tanpa membedakan suku agama dan RAS,” tandasnya lagi.
Dalam khotbahya Romo babey mengatakan, semua umat ingin sukses dalam perjalanan ziarah agar menuju pelabuhan surgawi. Apakah sudah menempatkan Tuhan sebagai jalan menuju kesuksesansurgawi itu? atau kita membiarkan diri dikuasai dunia?
“Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk bergaul dan memberi berkat kepada siapa pun tanpa pandang suku, agama dan RAS. Maka peraya ekaristi memperingati hari SEKAMI sedunia yang ke 175 tahun menjadi momentum untuk kita untuk berdoa, berderman, berkuban dan memberi kesaksian di tengah dunia,” katanya.
Direktur Pusat Pastoral Keuskupan Denpasar ini mengibaratkan, dalam perjalanan selalu ada petunjuk arah untuk mempermudah orang bisa mencapai titik tertentu. Begitupun dalam berlalu-lintas, ada rambu-rambu rambu lalu lintas.
“Ada yang mentaatinya. Ada juga yang melanggar. Itu kalau di jalan raya. Di rumah tangga ada juga aturan dalam rumah tangga. Ada waktu anak-anak untuk main, ada waktu belajar, ada waktu tidur. Bila anak anak patuh pada arah orang, tua maka anak itu menjadi baik. Kalau tidak, maka anak anak melawan. Dalam dunia penddikan pun ada juga aturan main,” tutur dia.
Sejak pagi sampai malam (6-7 Januari 2018), kegiatan SEKAMI diisi berbagai kegiatan dari pagi sampai malam. Diantaranya; lomba mewarnai, lomba pop singer, lomba dance. Ada juga lomva mozaik, fashion show; baju adat, anak remaja dan fashion show orang muda katolik.
Kaniya Indria tak ketinggalam menyanyikan lagu-lagu rohani O Holy Night. Acara juga disemarakkann pembacaan puisi dan nyanyian lagu. (rhm)