BI Bali: Pertumbuhan Harga Properti Residensial di Pasar Sekunder Alami Perlambatan

3 Juli 2020, 17:45 WIB

Kepala Perwakilan  Bank Indonesia Provinsi Trisno Nugroho mengungkapkan, perkembangan
harga properti residensial pasar sekunder cenderung menunjukkan
perlambatan pertumbuhan harga dalam beberapa waktu terakhir yang
diperparah adanya penyebaran COVID-19/Kabarnusa.

Denpasar -Dampak penyebaran COVID-19 di Tanah Air termasuk di Bali berimbas langsung terhadap pasar properti residensial di pasar sekunder serta perkembangan properti komersial.

Kepala Perwakilan  Bank Indonesia Provinsi Trisno Nugroho mengungkapkan, perkembangan
harga properti residensial pasar sekunder cenderung menunjukkan
perlambatan pertumbuhan harga dalam beberapa waktu terakhir yang
diperparah adanya penyebaran COVID-19.

Sementara
itu, penurunan kinerja properti komersial bersumber dari penurunan
demand akan sewa hotel dan apartemen.

“Perkembangan pasar komersial di
Bali mendapatkan tantangan dari belum pulihnya kinerja pariwisata
sehingga menekan kinerja hotel,” jelas Trisno dalam webinar Perkembangan Sektor Properti di Kantor Bank Indonesia, Jumat (3/7/2020)

Pada level nasional,
kinerja properti komersial mendapatkan tantangan dari adanya perubahan
budaya masyarakat akibat pandemi COVID-19.

“Adanya mekanisme work from
home dalam beberapa bulan terakhir membuat para pelaku usaha mulai
berpikir untuk mengurangi kebutuhan  ruang perkantorannya,” imbuhnya.

Bank Indonesia menyelenggarakan kegiatan SURYA (Survei Bicara) yang merupakan kegiatan diseminasi hasil survei Bank Indonsia dengan topik perkembangan sektor properti di Bali.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali memiliki 3 survei untuk memperoleh informasi terkait perkembangan properti yaitu Survey Harga Properti Residensial (SHPR) Primer, Survey Harga Properti Residensial (SHPR) Sekunder, serta survey Perkembangan Properti Komersial (PPKOM). Survei diselenggaran secara triwulanan dengan jumlah responden sebanyak 226 responden.

Pada bagian lain, Trisno menyatakan, pangsa lapangan usaha real estate terhadap perekonomian Bali masih rendah yakni 4,1% terhadap PDRB provinsi Bali.

Namun perkembangan real estate pada triwulan I – 2020 masih mampu tumbuh positif di tengah kontraksi yang dialami oleh provinsi Bali.

Kondisi ini juga didukung dengan terjaganya inflasi perumahan bahkan cenderung di bawah angka inflasi umum. Pada triwulan II – 2020, inflasi terkait dengan sewa rumah, kontrak rumah serta bahan bangunan cenderung melambat.

Masih tumbuhnya kinerja lapangan usaha real estate pada triwulan I – 2020 tersebut juga sejalan dengan hasil properti residensial di pasar primer yang masih mengalami peningkatan harga. 

Volume penjualan juga masih cukup baik yakni masih menunjukkan peningkatan dari penjualan tirwulan IV – 2019. Penigkatan terutama untuk penjualan tipe besar. Adapun metode penjualan mayoritas memanfaatkan fasilitas KPR (sekitar 50%).

Andy Natanael dari DPP REI Pusat menyatakan, penurunan harga properti sekunder tersebut dapat dimanfaatkan bagi masyarakat untuk berinvestasi dan membeli properti saat ini. Kondisi ini harus dimanfaatkan oleh developer ataupun agen real estate untuk memasarkan produk sesuai dengan kebutuhan dan minat pasar.

Di tengah pandemi COVID-19 ini, masih terdapat developer yang mampu mencatatkan penjualan dengan cukup baik didukung oleh konsep yang tepat. Oleh sebab itu, developer harus mampu menciptakan produk yang tepat sesuai kebutuhan pasar sehingga dapat menarik minat investor ataupun user untuk membeli.

Ke depan, tren properti akan mengarah kepada pengembangan residensial yang homey, spacious, simple, compact, complete, smart home dan affordable.

Ketua REI Bali I Gede Suardita menyatakan, penjualan properti bersubsidi masih cukup baik. Kondisi ini didukung dengan harga jual Properti yang rendah serta masih tingginya backlog akan rumah oleh masyarakat.

“Ke depan, REI  berharap perbankan dapat meningkatkan penyaluran KPR sehingga mendukung perkembangan properti ke depan,” imbuhnya. (rhm).

Berita Lainnya

Terkini