Ekonomi Bali Diproyeksi Tumbuh Positif, BI Mendorong Lima Hal Ini

23 Februari 2021, 22:31 WIB
IMG 20200703 100102
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno
Nugroho/dok.Kabarnusa

Denpasar – Memasuki awal tahun 2021 optimisme soal pertumbuhan ekonomi
Bali yang diproyeksikan positif disampaikan Bank Indonesia dengan
merekomendasikan lima hal penting dan strategis.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho menyampaikan
optimisme terhadap pertumbuhan positif itu dalam Obrolan Santai BI Bareng
Media, di Denpasar, Selasa (23/2/2021).

Dijelaskan Trisno, membaiknya ekonomi, didukung oleh perkiraan selesainya
proses pemberian vaksin kepada warga Bali yang disertai dengan menurunnya
kasus covid-19 sehingga mengembalikan aktivitas ekonomi di berbagai sektor,
termasuk aktivitas konsumsi, investasi, kinerja fiskal, ekspor dan impor.

Terkait perekonomian Bali terkini, Trisno menyampaikan, ekonomi Bali pada
triwulan IV 2020 tumbuh -12,21% (yoy), sedikit membaik dibanding triwulan
sebelumnya sebesar -12,32% (yoy).

Disebutkan, secara keseluruhan tahun, ekonomi Bali tumbuh -9,31% pada tahun
2020.

Dari sisi penggunaan, kontraksi tahunan tertinggi terjadi pada komponen impor
luar negeri (-78,34%), ekspor luar negeri (-76,23%), investasi (-12,21%), dan
konsumsi rumah tangga (-3,65%). Sementara konsumsi pemerintah masih tumbuh
positif 0,17% (yoy).

Dari sisi lapangan usaha, hampir seluruhnya mengalami pertumbuhan negatif,
dengan kontraksi tahunan terdalam pada lapangan usaha transportasi dan
pergudangan (-31,79%), akomodasi makan dan minum (-27,52%) serta pengadaan
listrik, air, dan gas (-16,49%).

Lebih jauh Trisno menyampaikan pertumbuhan positif diperkirakan akan dimulai
pada triwulan II 2021 sehingga secara keseluruhan tahun 2021 perekonomian
diperkirakan tumbuh positif.

“Optimisme terhadap pertumbuhan positif didukung oleh perkiraan selesainya
proses pemberian vaksin kepada warga Bali yang disertai dengan menurunnya
kasus covid-19 sehingga mengembalikan aktivitas ekonomi di berbagai sektor,
termasuk aktivitas konsumsi, investasi, kinerja fiskal, ekspor dan impor,”
tuturnya.

Selanjutnya Trisno merekomendasikan lima langkah strategis. Pertama, mendorong
pelaku pariwisata untuk memperoleh sertifikat CHSE untuk meyakinkan bahwa Bali
siap menerima wisatawan.

Kedua, mendorong UMKM onboarding sehingga memperluas pemasaran. Ketiga,
mempercepat realisasi belanja daerah.

Keempat, mendorong sektor pertanian untuk menerapkan GAP (Good Agriculture
Practice), menggunakan teknologi digital dalam berproduksi (digital farming)
dan memasarkan produknya melalui e-commerce.

“Kelima, mendorong pembayaran secara non tunai, utamanya menggunakan QRIS,”
demikian Trisno. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini