![]() |
Ilustrasi kawasan Malioboro Yogyakarta/dok. |
Jakarta – Gerakan Pakai Masker (GPM) fokus menjadikan pasar sebagai
salah satu khalayak sasar dalam edukasi dan sosialisasi Penggunaan Masker.
Pasar merupakan urat nadi perekonomian Indonesia dimana perputaran roda
perekonomian pada suatu wilayah terjadi.
Selain itu, GPM juga menaruh perhatian pada keberlangsungan perkembangan pasar
tradisional di era pandemi terkait dengan program digitalisasi.
Untuk itu, berkolaborasi dengan BNI, Adira Finance, Perbarindo dan Asparindo,
GPM melaksanakan Webinar bertemakan “Digitalisasi Pasar Rakyat di Masa Pandemi
Covid-19”.
Acara Sosialisasi dan edukasi ini digelar secara daring pada hari Selasa
(22/09) dan disiarkan langsung oleh kanal Youtube Gerakan Pakai Masker.
Hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut, Direktur Hubungan Kelembagaan
PT Bank Negara Indonesia Sis Apik; Ketua Umum GPM Sigit Pramono; Ekonom Senior
Indef sekaligus Pendiri GPM Dr. Aviliani S.E., M.Si.; Human Capital &
Marketing Director Adira Finance Swandajani Gunadi; Ketua Umum Perbarindo Joko
Suyanto dan Ketua Umum Asparindo Y. Joko Setiyanto.
Selain menyelenggarakan webinar, GPM berinisiatif fokus pada kegiatan
kemanusiaan untuk melaksanakan edukasi maupun sosialisasi gerakan tertib
memakai masker kepada masyarakat.
Hal ini merupakan upaya minimal yang bisa dilakukan masyarakat untuk menekan
penyebaran virus Covid-19. Dengan disiplin menggunakan masker, masyarakat
dapat menekan angka penyebaran penularan virus hingga 75%.
Jika langkah itu diikuti dengan disiplin menjaga jarak dan rajin mencuci
tangan dengan sabun di air mengalir, maka penyebaran penularan dapat ditekan
hingga 90%.
Dalam acara tersebut Sigit Pramono mengatakan bahwa pertanggal 22 September
2020, korban meninggal akibat virus Covid-19 di Indonesia sudah mencapai angka
9.677 orang.
Penyebaran virus yang sangat massif pastinya sangat mengkhawatirkan. Karena
itulah perlu upaya bersama agar dapat menangani isu kesehatan dan juga
menyelamatkan nyawa ekonomi.
Menurut ahli, pandemi Covid-19 telah mendorong berkembangnya empat mega shift
dalam perilaku konsumen, yaitu munculnya solidaritas sosial, digitalisasi (go
virtual), kecenderungan bekerja dari rumah dan masyarakat yang akan fokus
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
Perubahan perilaku konsumen yang bekerja dari rumah dan berkembangnya sistem
digital itu nantinya akan memunculkan sistem perekonomian baru, yaitu low
touch economy.
Dimana interaksi langsung/kontak fisik akan berkurang. Dengan demikian akan
timbul kebiasaan baru yaitu cashless society, dimana masyarakat mengurangi
penggunaan uang tunai dalam bertransaksi.
“Pelaku usaha harus siap dengan keadaan ini. Semua bisnis harus menuju kearah
digital, baik pelaku pasar rakyat, perbankan maupun bisnis lain,” ujar Sigit.
Ketua Umum Asparindo Y. Joko Setiyanto memaparkan bahwa jauh sebelum adanya
pandemi ini, Asparindo sudah mencanangkan digitalisasi pasar rakyat. Kongres
yang dibuka langsung oleh Presiden RI Joko Widodo tersebut dilaksanakan pada
12 Desember 2018.
Saat itu para pelaku pasar telah menyadari pentingnya proses digitalisasi
untuk kegiatan di pasar dan saat ini merupakan keharusan melaksanakannya.
Salah satu buktinya adalah telah disiapkan satu platform digital untuk pasar
yang dikenal dengan Pazza.
Dalam kesempatan tersebut, Asparindo menyampaikan ucapan terimakasih atas
upaya GPM yang fokus untuk melaksanakan edukasi dan sosialisasi di pasar
rakyat, sehingga kesehatan pasar dapat terkawal dengan baik dan pasar terus
hidup.
Peningkatan terkonfirmasi positif Covid-19 saat ini sudah mencapai sekitar
3000 orang perhari. Karenanya, Ketua Umum Perbarindo Joko Suyanto meyambut
baik gerakan kemanusiaan yang dilaksanakan oleh GPM yang mengajak masyarakat
untuk tertib menggunakan masker.
Sejalan dengan GPM, dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19 Perbarindo
berperan aktif dalam pencegahan dan pengendalian.
Caranya dengan terus berkoordinasi menerapkan protokol kesehatan, membagikan
masker dan hand sanitizer serta berbagi pada masyarakat terdampak.
Selain itu
Perbarindo mengoptimalkan pertemuan virtual dengan nasabah untuk menggunakan
layanan digital dalam upaya menghindari kontak langsung.
“Pelaku pasar merupakan mitra strategis bagi BPR, terbukti lebih dari 50%
pemilik rekening BPR adalah pelaku pasar. Sehingga upaya menjaga pasar untuk
tetap hidup dan berkembang sangat penting,” kata Joko.
BNI sangat mendukung digitalisasi di masyarakat dan pasar. Direktur Hubungan
Kelembagaan PT Bank Negara Indonesia Sis Apik menyebutkan bahwa tahap awal
yang harus disiapkan adalah sistem pembayarannya.
Saat ini beberapa pasar telah menggunakan sistem pembayaran secara elektronik,
yaitu menggunakan layanan fintech dan kartu elektronik. BNI merupakan salah
satu pelopor penyedia kartu elektronik Tapcash.
“Setelah sistem pembayarannya siap, pelaku pasar harus membangun digital
ekosistem, seperti yang sekarang ini sudah ada aplikasinya seperti sayurbox.
Kedepan, semua pelaku pasar harus dibangun kearah itu. Selain mengurangi
sentuhan fisik dan jaga jarak, menggunakan aplikasi ini lebih aman dan
efisien, lebih mudah dikontrol serta meminimalkan tindakan kriminal,” ujar
Apik.
Ekonom Senior Indef Dr. Aviliani S.E mengatakan bahwa pandemi mempercepat
transformasi diseluruh bidang, begitu pula dengan pasar.
Pasar akan mengalami distorsi yang besar, kebiasaan digitalisasi tidak akan
berubah setelah pandemi berlalu. Hal ini dikarenakan masyarakat lebih cerdas,
mendahulukan keamanan dan kenyamanan.
“Keberadaan pasar tetap ada, kegiatan transaksi dilaksanakan secara digital
dan pasar itu sendiri diarahkan untuk tujuan wisata. Karenanya pasar harus
berbenah menjadi tempat yang aman dan nyaman. Ini salah satu upaya agar pelaku
pasar seperti kuli panggul tidak kehilangan pekerjaan,” ungkap Avi.
Sejak tahun 2015, Adira Finance sudah berkecimpung dengan lingkungan pasar.
Hal ini terkait dengan visi Adira Finance yaitu Ciptakan Nilai Bersama
(creating share value) untuk meningkatkan kesejahteraan.
Basisnya adalah bagaimana pengembangan komunitas. Selain itu segmen pasar
Adira Finance 50% dari sektor informal, termasuk pasar. Hal ini yang mendorong
Adira Finance fokus untuk ikut membangun pasar melalui pilar CSR-nya.
“Covid-19 menyebabkan bisnis anjlok lebih 40%. Untuk itu Adira Finance
membantu pelaku pasar supaya bangkit. Saat ini ada 30 pasar binaan melalui
Festival Pasar Rakyat Adira dan juga dikembangkannya bisnis portofolio KEDAI
UKM yang menjadi representative Adira,” kata Human Capital & Marketing
Director Adira Finance Swandajani Gunadi.
Pola pasar memang harus diubah agar tetap eksis dengan melaksanakan
digitalisasi. Pasar juga dapat dijadikan tempat belanja yang nyaman, aman,
serta sekaligus jadi tujuan wisata, baik untuk pengunjung domestik maupun dari
luar negeri.
Setiap pasar dapat memberikan ciri khasnya masing-masing. Perubahan ini akan
terus berlanjut seperti kebiasaan manusia yang kini telah berubah seiring
perkembangan jaman di era adaptasi kebiasaan baru ini. (rhm)