Kabarnusa.com – Masyarakat belum sepenuhnya memahami tentang reklamasi seperti yang akan dilakukan di Teluk Benoa, Bali sehingga banyak kekhawatiran akan dampak negatif yang ditimbulkan.
Dalam pertemuan konsultasi publik yang digelar PT Tirta Wahana Bali Internasional di Kantor Gubernuran, Rabu 11 Maret 2015, terungkap berbagai pandangan baik yang mendukung maupun menentang.
Tim Konsultan PT TWBI Iwan Setiawan dalam paparannya menyatakan, selama ini, masih terjadi perbedaan pemahaman tentang reklamasi karena belum adanya pemahaman yang utuh terhadap reklamasi yang berbasis revitalisasi di Teluk Benoa di Kabupaten Badung.
Masih berkembang pemahaman bahwa reklamasi di kawasan itu akan sama seperti yang dilakukan di Pulau Santosa Singapura atau bahkan dipersepsikan akan memindahkan reklamasi seperti Pulau Santosa di Bali.
“Padahal maksudnya itu hanya ilustrasi saja bahwa Singapura dengan segala keterbatasan yang ada mampu mengoptimalkan wilayahnya sehingga bisa memberi kemajuan dan kesejahteraan warganya,” tandas Iwaan.
Konsultasi Publik yang dilakukan kata dia merupakan bagian dari tahapan panjang yang mesti dilakukan sebagai bentuk tranparansi dan pelibatan masyarakat dalam kerangka penyempurnaan sebagai persyaratan mendapatkan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Dalam pertemuan yang dihadiri berbagai elemen masyarakat mulai akademisi, LSM, mahasiswa, Ormas, tokoh adat, Pemerintah Kabupaten dan Kota serta Provinsi dan lainnya yang mana mereka menyampaikan pandangannya.
Dari elemen masyarakat yang hadir, kembali diangkat kekhawatiran mereka jika reklamasi dilakukan di Teluk Benoa, akan menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan sekitar. Bahkan, warga yang mendiami sekitar kawasan itu khawatir sewaktu-waktu bakal tenggelam akibat teluk diurug.
Alasan lainnya, bahwa reklamasi di kawasan itu yang akan membangun industri pariwisata hanya akan menambah kejenuhan mengingat saat ini jumlah akomodasi dan sarana pariwisata sudah pada tahapan over kapasitas seperti di Badung Selatan.
Heru Wisesa dari TWBI juga menegaskan, pihaknya membuka diri terhadap semua pandangan masyarakat untuk didialogkan sehingga ada pemahaman yang sama.
“Kami tetap undang dalam pertemuan selanjutnya baik masyarakat yang sudah memiliki pemahaman sama maupun yang belum, jadi kami berusaha transparan dan terbuka proses ini tidak ada yang ditutupi kami buka keterlibatan publik untuk memberikan masukan dan pandangannya,” sambungnya
Tidak hanya itu, pihak investor juga memastikan bahwa revitalisasi Teluk Benoa semata untuk mensejahterakan masyarakat Bali, membuka lapangan kerja dengan tetap menjaga aspek lingkungan, sosial budaya di kawasan itu.
Hal sama ditegaskan, Komisaris
PT TWBI Leemarvin Lieano yang memastikan
revitalisasi Teluk Benoa bertujuan memperbaiki lingkungan dan
meningkatkan kehidupan ekonomi, sosial, budaya, dan agama masyarakat
Bali.
Karenanya, kekhawatiran sejumlah pihak akan proyek ini tidak
beralasan. Sangat wajar bila ada pro kontra. Proyek-proyek besar dalam
sejarah selalu ditentang sekelompok orang mulanya, tapi kemudian menjadi
berkah akhirnya.
Marvin
yakin revitalisasi Teluk Benoa sangat bermanfaat. Ketakutan
sering dikemukakan, seperti akan menyebabkan banjir, krisis air, menutup
akses nelayan, dan seolah Bali bakal tenggelam, sudah diantisipasi dan
dicari solusinya.
“Kami tidak mungkin menghancurkan Bali, kami sadar Bali dengan segala keunikan adat dan budaya itu yang mesti tetap dijaga, justru dengan revitalisasi ini untuk kesejahteraan masyarakat,” imbuhnya. (rhm)