Jalan Berliku Jaminan Kesehatan Nasional di Jembrana

9 Mei 2015, 00:05 WIB
ilustrasi jkn
Ilustrasi

Kabarnusa.com – Di  Kabupaten Jembrana, Bali,  masih ada keengganan untuk mengikuti program Jaminan Kesehatan Nasional.  Masalah pelayanan hingga hambatan budaya menjadi alasan. Padahal ada banyak keuntungan yang dijanjikan.

Puluhan pengunjung  terlihat antri menunggu giliran di di Puskesmas Yehembang, Mendoyo. Hari itu, Senin , 24 April 2015,  harus mengantre dengan waktu yang cukup lama untuk pendapat pelayanan.

Ada yang masih membawa kartu Jaringan Kesehatan Nasional (JKN), tapi ada juga yang masih menggunakan kartu Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM).

Di Bali memang masih ada dualisme dalam masalah ini. “Saya sudah masuk JKBM, kalau berobat ke Puskesmas atau ke rumah sakit gratis. Jadi tidak perlu lagi masuk JKN. Belum tentu JKN lebih bagus dari JKBM,” ujar Margi Rahayu, salah seorang warga Banjar Pasar Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Bali, saat ditemui belum lama ini di Puskesmas Yehembang.

Dia mengaku kuatir, jika harus meninggalkan JKBM dan masuk JKN, pengurusannya akan lebih ribet serta pelayanan yang diberikan tidak maksimal. Apalagi masuk JKBM harus membayar iuran tiap bulannya.

“JKBM itu kan tidak perlu membayar iuran, tapi kalau JKN itu katanya harus membayar iruan. Itu kan sama saja bayar kalau mau berobat,” uimbuhnya.

Lain halnya dengan  Ni Luh Devi, warga Banjar Bale Agung, Desa Yehembang, mendoyo, lainnya. Pengguna JKN mandiri ini justru mendapatkan kelebihan dibandingkan JKBM. Terutama tanggungan yang diberikan lebih luas dibandingkan dengan JKBM.

Hanya saja untuk mendapatkan layanan ini memang dihadapkan dengan birokrasi yang berbelit karena harus melalui beberapa tahapan, mulai dari pendaftaran sampai saatnya mendapat pelayanan.

Pengguna JKN hanya bisa dilayani di puskesmas tempat kita terdaftar atau tertanggung. Misalnya saya tercatat di Puskesmas Yehembang, ya harus di Puskesmas Yehembang, tidak boleh di puskesmas lain.

“Jika mau berobat di RSUD, ya harus mendapat rujukan dulu dari puskesmas tempat kita terdaftar. Tapi kalau JKBM di puskesmas manapun di Jembrana bisa dilayani,” tutur Devi di Puskesmas Yehembang.

Kecepatan layanan menurut Devi dirasakan masih sangat kurang karena harus mengantre berlama-lama. Namun kondisi tersebut dimakluminya lantaran keterbatasan jumlah tenaga medis jika dibandingkan dengan pasien pengguna JKN ini.

Namun demikian dia mengharapkan ada perbaikan, jika perlu penambahan tenaga medis sehingga warga yang memang membutuhkan pelayanan kesehatan cepat mendapatkan layanan dan tidak perlu menunggu lama-lama.

“Memang kalau kita berobat menggunakan JKN ini harus mengantre. Tapi jika butuh cepat, kan bisa datang pagi-pagi ambil karcis. Tapi saya harapkan pelayanan itu diperbaiki sehingga tidak perlu menunggu lama,” harapnya.

Pantauan di Puskesmas Yehembang, Mendoyo saat itu memang sangat banyak pengunjung. Terdiri dari pasien pengguna JKBM, JKN dan pasien umum, namun lebih banyak pengguna JKBM.

Khusus untuk pengguna JKBM dan JKN mereka memang terlihat mengantre dengan waktu yang cukup lama untuk pendapat pelayanan.

Hanya saja setelah mendapat giliran, pasien pengguna JKBM dan JKN tidak membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan layanan kesehatan.

Cukup dengan menunjukan kartu JKBM atau JKN, petugas langsung mencari datanya dan kemudian mencatatnya untuk selanjutnya diberikan pelayanan. (Dewa Putu Darmada)

Artikel Lainnya

Terkini