Benang tersebut, lalu dipakai membuat kain tenun gedog. Sesuai intruksi Bupati Tuban, penggunaan batik, harus dari hasil tenun pengerajin kain gedog ini. Disebutkanya lagi, sampai saat ini, para petani kapas masih dilakukan secara mandiri dan belum ada kucuran anggaran dari pemerintah.
“Mereka masih mandiri,kami hanya menciptakan pasar melalui intruksi Bupati,” ujarnya.
Proses pembuatan kain tenun, kata Endro,masih dilakukan dengan cara tradisional. Baik alat Pemintalan benang maupun kain gedong masih dilakukan secara tradisional,bukan dari mesin. Sebagian besar para pengerajin merupakan binaan dari Dinas Koperasi,dan Perdagangan,serta Dinas Pangan,Pertanian dan Perikanan kabupaten Tuban.
Wujudkan Karangasem Sentra Produksi Kapas Bali, Ini Langkah Bupati Gede Dana
“Hasil produksi kapas, masih untuk kebutuhan pengerajin tenun batik Gedog khas Tuban,” ujarnya lagi.
Wakil Bupati I Wayan Artha Dipa dan rombongan menuju Desa Kedung Rejo,Kecamatan Kerek.
Salah satu Desa dari 6 Desa di Kecamatan Kerek yang dijadikan sebagai sentra budidaya kapas. Rombongan yang didampingi Kadis Koperasi dan Perdagangan, Agus Wijaya untuk menjajaki UD Sekar Ayu,sekaligus sebagai pembina pengerajin kapas menjadi benang lalu dijadikan kain tenun batik Gedog.
Wapres Ma’ruf Amin Minta Kadin Fasilitasi Peningkatan Kapasitas dan Digitalisasi UMKM
Pemilik Sekar Ayu Uswahtun Asanah, mengakui, proses pemintalan kapas menjadi benang masih dilakukan dengan sangat sederhana,tidak ada alat modern yang dipakai.
“Mulai panen lalu proses pemisahan biji kapas, kemudian pintal,direndam dalam larutan kanji atau nasi aking,barulah dijemur dan di sisir, lalu barulah bisa jadi benang,” ujarnya.
Setelah benang siap ditenun, barulah diberikan kepada pengerajin yang biasanya dibawa pulang untuk dikerjakan. Ia pun mengaku,menggeluti usaha ini sejak turun temurun hingga saat ini. Kesulitanya, regenerasi pemintal maupun penenun masih sangat jarang.
Gebrakan dan Inovasi Pembangunan Setahun Kepemimpinan Dana-Dipa di Karangasem
“Ini menjadi PR besar,bagaimana anak-anak muda menggelutinya, sekarang baru ada beberapa yang mau,” ujarnya.
Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa mengatakan, kunjungan ini merupakan keseriusan Pemkab Karangasem dalam upaya pengembangan dan pembudidayaan kapas menjadi benang.
Apalagi, dengan kondisi lahan yang hampir sama antara Kabupaten Tuban dan Karangasem, tentu ini harus dikembangkan dengan serius.
BPIU2K Karangasem Pastikan Pemenuhan Distribusi Induk Udang bagi Pembudidaya Tradisional
“Budidaya kapas sejatinya sudah ada sejak dulu, namun hilang dan kami ingin kembali membangkitkan budaya dan kearifan lokal,terutama kain endek dan songket,” ujarnya.
Melihat proses pemintalan kapas menjadi benang yang tidak terlalu sulit, Artha Dipa mengaku optimis harapan Pemkab untuk menjadikan Karangasem sebagai sentra benang terwujud,sehingga bisa memenuhi kebutuhan benang untuk pengerajin tenun di Bali.
“Tinggal sekarang dinas terkait yang diajak bisa mengimplementasikan apa yang di dapat dari Tuban,” tutupnya. ***