![]() |
Sistem apartemen merupakan desain wadah budidaya cacing sutra yang tersusun secara vertikal dan menggunakan aliran air dengan sistem resirkulasi/ Dok, KKP |
Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Badan Riset
dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), memfasilitasi pelaku
usaha budidaya cacing sutra sistem apartemen.
Sektor budidaya perikanan merupakan salah satu sektor unggulan yang dapat
dioptimalkan dalam meningkatkan produksi perikanan nasional sekaligus
pendapatan pelaku usaha perikanan.
Namun demikian, budidaya perikanan masih menghadapi permasalahan harga pakan
yang terus meningkat.
Kepala BRSDM Sjarief Widjaja menyebutkan, tingginya harga pakan ini disebabkan
sebagian besar bahan baku pakan sangat bergantung pada bahan impor dari
berbagai negara.
Kebutuhan akan pakan alami juga sangat tinggi pada kegiatan budidaya ikan.
Untuk itu perlu adanya siasat penggunaan pakan alami yang dapat dibudidayakan
serta diproduksi secara massal dan mandiri oleh para pembudidaya ikan.
“Cacing sutra atau cacing rambut (Tubifex sp.) merupakan pakan hidup bagi ikan
yang berpotensi besar untuk mendukung kebutuhkan pakan alami pada budidaya
ikan,” tutur Sjarief.
Disebut demikian karena memiliki tubuh lunak dan lembut seperti sutra atau
rambut. Cacing ini memiliki ukuran panjang 1-2 cm dengan warna kemerah-merahan
dan hidup berkoloni.
Selama ini cacing sutra diperoleh secara alami di saluran irigasi/persawahan
warga sehingga ketersediaan tidak stabil bahkan kurang, terlebih di musim
hujan. Keterbatasan itu, lanjut Sjarief bisa dipecahkan dengan budidaya cacing
sutra.
Dengan adanya adopsi dan percontohan untuk penyuluhan dapat mendukung
penyediaan pakan alami di sentra-sentra perbenihan sehingga mengurangi
ketergantungan terhadap cacing sutra alam dan mendukung perkembangan industri
dalam rangka meningkatkan produksi perikanan budidaya.
Sistem apartemen merupakan desain wadah budidaya cacing sutra yang tersusun
secara vertikal dan menggunakan aliran air dengan sistem resirkulasi.
Keuntungan budidaya sistem apartemen antara lain, efisiensi lahan; mengurangi
penetrasi cahaya matahari secara langsung; lebih terkontrol; dan tidak
tergantung musim.
“Usaha budidaya cukup banyak. Kalau hanya bergantung pada pakan pabrikan akan
membutuhkan biaya yang cukup tinggi, sehingga tingkat keuntungan masyarakat
semakin menipis.
Jika para pelaku utama mampu membudidayakan cacing sutra tentu dapat
meningkatkan penghasilan. Dengan model apartemen ini, budidaya cacing sutra
tidak butuh lahan luas, bisa dibuat secara bertingkat dan sederhana.
“Dengan metode ini, Anda akan memiliki peluang untuk menjadi pengusaha baru di
bidang cacing sutra,” ujar Kepala BRSDM Sjarief Widjaja dalam siaran pers
Minggu (11/4/2021).
Pengenalan teknologi baru ini tak lepas dari peran serta penyuluh perikanan
yang berhadapan langsung dengan masyarakat di lapangan.
Penerapan teknologi di lapangan tentunya memerlukan tahapan-tahapan
pengaplikasian, terutama karena beberapa teknologi bersifat spesifik sehingga
butuh formula yang tepat untuk diterapkan di berbagai lokasi.
Penyuluh diuji, baik secara teknis maupun manajerial untuk dapat memberikan
pendampingan tentang teknologi yang tepat dengan hasil yang efektif bagi
masyarakat.
Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP)
Lilly Aprilya Pregiwati berharap agar transfer teknologi yang disampaikan dari
para penyuluh kepada pelaku usaha di lapangan dapat membantu pelaku usaha
meningkatkan kesejahteraannya.
Ia meminta penyuluh untuk penerapan teknologi dalam bentuk tulisan yang dapat
digunakan oleh masyarakat sebagai pedoman.
“Para penyuluh harus selalu berpikir kritis dan berinovasi untuk menemukan
teknologi yang tepat guna untuk menyelesaikan persoalan pelaku usaha atau
pelaku utama di lapangan,” harap Lilly. (rhm)