Mahasiswa Unpad: Model Etnoparenting dan Literasi Budaya dalam Keluarga Amalgamasi Belum Efektif Pertahankan Vitalitas Bahasa Sunda

Penelitian dilakukan Mahasiswa Unpad tentang penggunaan bahasa Sunda dalam keluarga amalgamasi di Kota Bandung, yang merupakan kota dengan tingkat mobilisasi tinggi dan berpotensi besar terjadinya pernikahan antar suku, terutama antara suku Sunda dan Jawa.

28 Juli 2024, 14:12 WIB

Bandung – Tim mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad) dalam sebuah penelitian menyimpulkan model etnoparenting dan literasi budaya yang diterapkan dalam keluarga amalgamasi belum efektif dalam mempertahankan vitalitas bahasa Sunda.

Penelitian dilakukan Mahasiswa Unpad tentang penggunaan bahasa Sunda dalam keluarga amalgamasi di Kota Bandung, yang merupakan kota dengan tingkat mobilisasi tinggi dan berpotensi besar terjadinya pernikahan antar suku, terutama antara suku Sunda dan Jawa.

Etnoparenting Sunda merupakan sebutan bagi tim ini terdiri beberapa fakultas rumpun sosial humaniora di Unpad, yaitu Ikmalludin (Ilmu Budaya), Henhen Hendayeni (Imu Budaya),Salman Ramdani Rachman (Ilmu Sosial Ilmu Politik), Salsabil Qodrunnada (Ilmu Hukum), dan Shelpi Nur Awaliyah (Ilmu Komunikasi) dibimbing Dr. Taufik Ampera, M. Hum. menggunakan metode campuran (mixed methods).

Padukan Sport Budaya dan Rekreasi Alam Bali, Ribuan Pelari Ramaikan Circle K 5th Run Series 2024

Salah satu tim peneliti, Salsabil Qodrunnada mengungkapkan, penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas etnoparenting dan literasi budaya dalam mempertahankan vitalitas bahasa Sunda di keluarga-keluarga tersebut.

Data kualitatif dikumpulkan melalui wawancara, sementara data kuantitatif dikumpulkan melalui kuesioner yang mengukur tingkat penerapan etnoparenting dan literasi budaya serta tes vitalitas bahasa Sunda.

“Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun anak-anak dari keluarga amalgamasi mengetahui beberapa bentuk budaya Sunda dan Jawa, penggunaan bahasa Sunda dalam keluarga tidak mendapat dukungan yang signifikan,” ungkap Salsabil Qodrunnada dalam keterangan tertulis belum lama ini.

LSB PWM Bali Desak Muhammadiyah Tolak izin Pengelolaan Tambang Pemberian Presiden Jokowi

Anak-anak lebih banyak belajar bahasa Sunda melalui pendidikan formal dan interaksi sosial di luar keluarga.

Dikatakab, faktor lingkungan sosial dan pendidikan formal berperan lebih besar dalam kemampuan berbahasa Sunda anak-anak dibandingkan pengasuhan berbasis budaya di rumah.

Lanjut dia, kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa model etnoparenting dan literasi budaya yang diterapkan dalam keluarga amalgamasi belum efektif dalam mempertahankan vitalitas bahasa Sunda.

HMI Denpasar Temui Rektor ITB STIKOM Bali, Ini Hasil Pertemuannya

Interaksi sosial dan pendidikan formal dinilai lebih berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa Sunda anak-anak di keluarga amalgamasi di Kota Bandung.

Penelitian ini menekankan pentingnya peran keluarga dalam melestarikan bahasa daerah dan menggarisbawahi perlunya upaya khusus dalam pengajaran bahasa Sunda di lingkungan keluarga untuk mempertahankan eksistensi budaya Sunda di tengah arus globalisasi dan urbanisasi.

Menanggapi hasil penelitian itu, dosen pembimbing Dr. Taufik Ampera, menyatakan, sebetulnya, jika dibandingkan dengan pernikahan Suku Sunda dengan Suku lain pun seperti misalnya Batak terdapat beberapa persamaan.

Aurora Park Nuanu, Taman Multimedia Alam Pertama di Bali

Hanya saja, mungkin perbedaannya bisa dilihat dari segi naming, misalnya dalam penamaan anak.

“Namun untuk penggunaan bahasa di keluarga kebanyakan netral alias menggunakan Bahasa Indonesia,” ucap Taufik Ampera. ***

Berita Lainnya

Terkini