Denpasar – Suasana khidmat menyelimuti Rapat Paripurna DPRD Bali, 4 Maret 2025, saat Gubernur Bali Wayan Koster menyampaikan pidato perdananya. Dalam pidato tersebut, Koster menegaskan komitmen untuk membangun Bali berdasarkan warisan luhur, yaitu keseimbangan antara alam, manusia, dan budaya.
Koster juga mengungkapkan rasa syukur atas keberhasilan pesta demokrasi Pilkada 2024, yang dianggapnya sebagai bukti kepercayaan masyarakat. Dengan suara mantap, Koster menegaskan bahwa pembangunan Bali tidak akan menyimpang dari wejangan leluhur.
Koster menekankan Sad Kerthi sebagai fondasi pembangunan Bali, meliputi penyucian enam elemen kehidupan.
Mengutip Bhisama Lontar Batur Kelawasan, ia mengingatkan pentingnya menjaga gunung, laut, dan keseimbangan alam. Pengabaian prinsip ini akan membawa ancaman kerusakan lingkungan, budaya, dan ketimpangan ekonomi.
Koster mengutip lontar, memperingatkan akan kutukan bagi mereka yang merusak alam. Bayangan kelangkaan pangan, penyakit, dan perpecahan menghantui.
Ia kemudian memaparkan tantangan nyata: lahan yang terus menyusut, air yang kian langka, dan pengaruh negatif dari luar.
“Bali harus tetap menjadi ‘Padma Bhuwana’, pusat spiritual yang dijaga, bukan sekadar komoditas wisata,” tegasnya lagi.
Angka-angka pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2024 terungkap: 5,48%, lebih tinggi dari rata-rata nasional. Pariwisata masih menjadi primadona, jutaan wisatawan asing membanjiri Pulau Dewata.
Namun, Koster mengingatkan akan bahaya ketergantungan. Ia menyerukan transformasi ekonomi, mengarahkan perhatian pada sektor pertanian, industri kreatif, dan dunia digital.
“Bali harus berdiri di atas kaki yang lebih kuat, tidak hanya mengandalkan pesona pariwisata,” katanya mengingatkan.
Koster menunjuk pada ketidakseimbangan yang mencolok: Sarbagita dan wilayah luar, jurang yang lebar dalam distribusi PAD.
Ia berjanji, pembangunan merata akan menjadi prioritas. Menatap masa depan, ia tegaskan, Trisakti Bung Karno akan menjadi kompas pembangunan Bali.
Mengurangi ketergantungan pada satu sektor, melindungi hak rakyat, dan menjaga warisan budaya dari cengkeraman komersialisasi.
Dengan nada tegas, Koster mengingatkan, pembangunan Bali tak boleh kehilangan jati diri, tergerus godaan investasi semata.
Politisi PDI Perjuangan ini menyerukan persatuan, gotong royong, semangat yang diwariskan leluhur. Bali, bukan sekadar tanah, tapi warisan suci, mari bangun dengan hati, kearifan, dan bakti pada pesan leluhur. ***