![]() |
(ilustrasi/net) |
Kabarnusa.com – Terkait tewasnya pasien korban kecelakaan yang
meninggal dalam perjalanan ke RSUP Sanglah Denpasar diduga kehabisan
oksigen pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Negara menyatakan telah
berupaya maksimal memberikan pelayanan kepada pasien.
Diketahui,
I Putu Yoga Antara (20) warga Dusun Yeh Kuning, Desa Pekutatan,
Kecamatan Pekutatan, Jembrana mengalami kecelakaan di jalur
Denpasar-Gilimanuk, KM 67-68, Pekutatan. Dalam mobil ambulans, nyawa
Antara tak tertolong karena diduga kehabisan oksigen.
Direktur
RSUD Negara dr Made Dwipayana mengatakan, pihaknya sejatinya sudah
berupaya melakukan pelayanan maksimal kepada masyarakat/pasien.
Terkait
pasien kecelakaan Yoga Antara itu, Dwipayana menegaskan, pihaknya harus
melakukan koordinasi, terkait kesiapan rumah sakit Sanglah menerima
pasien yang akan di rujuk.
Hal tersebut membutuhkan waktu beberapa lama sebelum pasien dirujuk.
“Demikian juga kondisi pasien yang harus stabil, koordinasi dengan petugas pendamping dan juga sopir,” dalih Dwipayana.
Sebelumnya, anggota DPRD Jembrana Nyoman Sudiasa menyatakan kekesalannya atas pelayanan rumah sakit.
Pihaknya masih mentolerir berbagai alasan dari pihak rumah sakit kalau keterlambatan karena teknis dan pasien belum stabil.
Namun dia benar-benar marah dan tidak terima, ketika oksigen habis dalam perjalanan yang menyebabkan pasien tersebut meninggal.
Sampai Mekayu, Tabanan oksigen habis dan pasien meninggal dunia karena itu.
“Ini
apa tidak di cek dulu ketersediaan oksigen. Kami menyadari kematian
bisa dimana saja dan kapan saja, namun kami sesali proses kematian
seperti ini. Kami marah terkait kematian di tengah jalan karena
kekurangan 02,” tegas Sudiasa.
Harusnya manajemen rumah sakit berbenah apalagi mau berubah tipe ke B. Pelayanan harus ditingkatkan sehingga lebih memuaskan.
Dari
sidak ke sejumlah sal, dewan menemukan kamar mandi lampunya mati.
Demikian juga di beberapa tempat masih kotor serta petugas yang masih
mahal senyum.
Kepada sejumlah petugas apotek, dewan
mengingatkan agar ketersediaan obat tetap terjaga dengan baik sehingga
pasien tidak harus membeli obat ke apotek luar dengan harga mahal.
Atas masukan wakil rakyat itu, Dwipayana menyatakan, terus berupaya melakukan pembenahan pelayanan.
Pihaknya sudah melakukan berbagai upaya seperti menganggarkan Rp 700 juta untuk diklat karyawan/petugas medis.
“Ada 22 orang dalam satu grup, dan dipilih 2 orang mengikuti diklat,” jelas Dwipayana.(dar)