Kabarnusa.com – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia menggelar workshop terkait pengisian konten media internet atau new media dan sosial media yang berkembang dengan pesat di Tanah Air.
Workshop berlangsung dua hari 6-7 September di Guest House Griya Patria, Jakarta diikuti 19 anggota AJI seluruh Indonesia yang mengelola media internet atau portal berita di daerah.
Saat membuka Workshop, Ketua Umum AJI Indonesia (AJINDO) Suharjono mengungkapkan, perkembangan media online di dunia maupun di Tanah Air, kian pesat bahkan pertumbuhannya menggeser domimasi media mainstream (cetak) dan elektronik.
Tidak hanya peluang bisnis yang menjanjikan jika media online digarap profesional namun juga bisa menjadi kekuatan dalam mengawal perubahan masyarakat.
Hanya saja, diakuinya ada beberapa kendala dihadapi dalam pengembangan media online yang berbasis di daerah yang dikelola sejumlah jurnalis ataupun yang menggandeng pihak lain yang konsern dengan media berbasis internet itu.
Kendala dihadapi menyangkut pendanaan terbatasnya modal hingga sulitnya mengakses iklan yang bisa menghasilkan ‘revenue terbesar..
“Dalam workshop ini, kami undang praktisi bisnis iklan dari Google, Babe untuk berdiskusi dengan teman-teman pengelola portal berita lokal,” kata Suharjono yang Pemmpin Redaksi Suara.com.
Diharapkan, dengan workshop tentang pengisian konten berita online dan pemanfaatan sosial media untuk pemanfaatan isu lingkungan, gender dan perdamaian’ para pengelola portal berita di daerah bisa melakukan penetrasi pasar internet secara efektif sehingga bisa berdampak positif bagi bisnis mereka.
Suharjono juga menekankan pentingnya, konten lokal lebih diperkuat oleh portal di daerah karena itu bisa menjadi nilai lebih dibanding dengan portal nasional yang ditopang jaringan dan modal yang cukup kuat.
Hal sama disampaikan pembicara lainnya Wahyu Diatmika, agar bisa dilirik pembaca maka sudah saatnya mainset media online diubah. Jika dahulu, pembaca menunggu berita kini berita yang menghampiri pembaca.
“Teman-teman pengelola media online di daerah, harus menunjukkan kekuatan konten lokal atau segmented sehingga menjadi daya tarik tidak dimiliki media nasional,” tukas wartawan Tempo yang baru saja mendapat fellowship dari Harvard University Amerika Serikat .
Komang, panggilan Diatmika, meminta agar media online jangan hanya mengejar traffik tetapi bagaimana membuat karya jurnalistik yang berkualitas. Apalagi, seiring perkembangan media sosial dan media online saat ini, semua masyarakat bisa melakukan fungsi-fungsi yang selama ini dikerjakan media.
“Yang harus dilakukan media, bagaimana menampilkan konten yang tidak bisa dilakukan orang lain kecuali oleh wartawan yakni konten laporan investigasi sehingga menjadi kekuatan konten media tersebut,” tandasnya.
Sementara Sekjend AJINDO Arfi Bambani Arif yang mengangkat tema Tren Pengguna Internet Indoesia untuk media online daerah sebaiknya lebih banyak memuat konten ketimbang nasional.
“Sangat tidak bijak, jika media lokal justru menampilkan konten nasional sampai 50 persen, karena jelas akan kalah bersaing dengan media online nasional, mestinya konten lokal lebih banyak, mungkin prosentasenya lokal 70 persen, sisanya nasional,” sarannya. (rhm)