PICA Festival 2016 Angkat Branding Lokal Industri Kreatif di Bali

30 Maret 2016, 07:48 WIB

P 20160329 122843

Kabarnusa.com – Dalam upaya mengangkat potensi industri clothing atau fashion branding lokal kembali digelar Festival Paradise Island Clothing Assosciation (PICA) di Denpasar, Bali.

Ajang tahunan itu, digelar 1-3 April 2016 dipusatkan di GOR Ngurah Rai Denpasar.

Salah satu pengggas acara, Yudistira Putra mengungkapkan, awal berdirinya festival merupakan keinginan para pemilik clothing di Bali, agar bisa berkiprah, bekerjasama dalam musik indie, yang bisa menghasilkan pendapatan.

Awalnya, 25 anggota brand lokal, kemudian menjaring lagi 50 anggota baru. Sampai ada 100 yang tertarik bergabung sampai tahun ini.

“Tahun ini, Kami batasi dahulu sampai 75 anggota,” kata Yudistira saat konferensi pers di Denpasar Selasa 29 Maret 2016.

Dijelaskan, sebagai pengusaha lokal berkolaborasi mendukung berbagai kegiatan seperti pentas musik Indie dengan group-group band lokal.

Rupanya, kehadiran branding lokal yang mengangkat kearifan lokal pariwisata Bali berbasis alam dan budaya yang melengkapi, pentas musik indie itu, mendapat sambutan hangat masyarakat utamanya kawula muda.

Mulailah, mereka mendistribusikan produk karyanya, ke distro-distro seperti di Tuban, Kuta, selain saat pentas musik indie. Sasaran produk mereka adalah kawula muda usia 15 tahunan ke atas.

Yudistira menambahkan, tahun lalu, berhasil mendulang perputaran uang hingga Rp2 miliar selama empat hari. Kali ini, ada sekira 66 brand lokal berpartisipasi dalam ajang tersebut.

“Tahun ini, kami targetkan peningkatan dua kali lipat perputaran uang di ajang Pica Festival,” imbuhnya.

Pada ajang ini, turut meramaikan penampila band asal Jakarta Endah R Resha yang akan membuka dan menghibur kawula muda di Bali saat pembukaan.

Kepada awak media, Endah menyampaikan, bahwa selama ini bagi musisi seperti dirinya, tidak lagi bisa mengandalkan dari pendapatan saat tampil di panggung.

Apalagi, ditambah maraknya aksi pembajakan karya musik, maka musisi tidak hanya bisa berharap dari penjualan karya mereka baik lewat kaset atau CD.

Khususnya, bagi band-band baru, sehingga pilihannya dengan bergabungnya industri clothing yang didominasi kawula muda itu, membuka peluang bisnis menjanjikan.

“Sejalan dengan karir kami, ketika suatau saat sudah tua, tidak ada lagi infrastuktur yang mendukung, maka lewat upaya seperti ini, dengan clothing akan memberikan passif income yang lebih kuat,” katanya.

Apalagi dengan gerakan industri clothing lokal dan band di bali, sudah saatnya dipikirkan ke depan. Semua pihak, termasuk pemerintah memberi dukungan bagi berkembangnya industri kreatif seperti clothing di Bali.

“Industri ini, sangat terbukti bisa berdiri sendiri, tanpa ada ketergantungan dengan lainnya,” imbuhnya.

Sama seperti di kota besar lainnya seperti Jakarta dan Bandung, kata Endah, Bali diyakini mampu melakukan hal sama, lewat festival semacam itu, yang tidak hanya memberikan pendapatan namun juga menggerakkan industri kreatif.

“Bali dengan produk lokalnya, harus berjuang sendiri, di rumah sendiri, kalau festival itu bisa meningkat 30 persen, pendapatannya, maka bukan lagi potensi lagi  namun harus disuppot semua lini,” sambungnya. (rhm)

Artikel Lainnya

Terkini